—Saiful Islam*—
“Orang Arab asli sekalipun, kalau
tidak mau paham, tidak akan bisa paham Qur’an. Apalagi dapat petunjuk…”
Orang-orang yang tidak mau paham,
itu dicela oleh Al Qur’an. Sebagaimana disebut oleh ayat berikut.
QS. Al-Anfal[8]: 22
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ
عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya seburuk-buruknya
makhluk di sisi Allah adalah orang-orang yang pekak dan tuli yang TIDAK MAU
MEMAHAMI.
Allah pun marah pada orang-orang
yang tidak mau memahami. Jelas sekali tercantum pada ayat di bawah ini.
QS. Yunus[10]: 100
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ
تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Tidak ada seorang pun akan beriman
kecuali dengan izin Allah. Dan ALLAH MENIMPAKAN KEMURKAAN kepada orang-orang
yang TIDAK MAU MEMAHAMI.
Orang yang tidak mau paham, itu
disamakan dengan hewan ternak, bahkan lebih sesat (QS.25:44). Orang kafir
(menutup akal dan hatinya) itu juga disamakan dengan hewan ternak (QS.2:170-171).
Karena dari awal, mereka memang sudah tidak mau paham (QS.8:65).
QS. Al-Furqon[25]: 44
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Atau apakah kamu mengira bahwa
kebanyakan mereka itu mendengar atau MEMAHAMI. Mereka itu tidak lain, hanyalah
SEPERTI BINATANG TERNAK, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu).
Qur’an juga menggambarkan bahwa
orang yang tidak mau paham, itu identik dengan orang munafik. Karena tidak mau
paham itu, Allah lantas memalingkan hati (akal) mereka (QS.9:127)
Orang yang mengejek dan
mengolok-olok agama ini, tentu saja tidak patut dijadikan pemimpin Kaum
Mukminin. Mereka itu pun diidentikkan dengan orang yang tidak paham (QS.5:58).
Yang mengarang-ngarang syariat
sesuai kemauannya sendiri, juga mengarang-ngarang soal akidah (terutama tentang
Allah), itu juga disebut Qur’an sebagai orang-orang yang tidak paham (QS.5:103).
Mau mendengar Qur’an, itu tidak
otomatis bisa paham. Apalagi bisa dapat petunjuk Qur’an. Bahkan orang Arab asli
yang sehari-hari berbahasa Arab sekali pun. Tidak akan bisa paham. Inilah yang
terjadi pada para rival Nabi. Jadi seandainya Nabi membacakan 30 juz pun,
bahkan berulang-ulang, mereka tidak akan bisa paham. Tidak akan bisa memperoleh
petunjuk (QS.10:42-43).
Orang yang tidak bisa paham, itu
identik dengan hati dan akal yang terkunci atau buta. Serta pendengaran yang
tersumbat. Sehingga tertutup. Lantas paham itu tidak bisa masuk. Ini
digambarkan misalnya oleh QS.63:3; QS.6:25; QS.17:46; QS.18:57 dan QS.22:46.
QS. Al-Isra’[17]: 46
وَجَعَلْنَا عَلَىٰ
قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ
وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا
Kami adakan TUTUPAN di atas hati
mereka dan SUMBATAN di telinga mereka, AGAR MEREKA TIDAK DAPAT MEMAHAMINYA. Dan
apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke
belakang karena bencinya.
Penghuni neraka, kelak akan
menyesal. Karena dulu sewaktu hidup di dunia, mereka tidak mau memahami (QS.67:10).
Kebanyakan penghuni neraka, itu memang orang-orang yang tidak mau memahami (QS.7:179).
QS. Al-A’raf[7]: 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ
أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Sungguh Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahannam) KEBANYAKAN dari jin dan manusia. Mereka MEMPUNYAI HATI (AKAL),
TETAPI TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI (AYAT-AYAT ALLAH). Mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai
telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Itulah
orang-orang yang lalai.
Jadi, marilah peringatan-peringatan
Qur’an di atas, itu menjadi auto kritik bagi kita Umat Islam sendiri. Jangan
sampai kita menjadi tercela. Jangan sampai Allah marah kepada kita. Jangan
sampai kita seperti binatang ternak. Dan jangan sampai kita, lantas masuk
neraka. Celaka dunia, dan celaka akhirat. Na’uudzu billaah.
Caranya, dengan melakukan
sebaliknya. Yaitu berusaha memahami. Baik memahami ayat-ayat Qur’an (qowliyah),
maupun memahami ayat-ayat realitas alam dan sosial (kawniyah). Lantas
mengikuti perintah dan anjuran Allah yang menyelamatkan, mensukseskan dan membahagiakan
kita dunia akhirat. Serta sekuat tenaga tidak melakukan apa yang dilarang.
Beragama ini memang sebuah
perjalanan memahami. Proses terus-menerus. Tak pernah final. Kecuali kematian. Memilih
pemahaman yang terbaik. Tidak boleh hanya ikut-ikutan, tanpa paham. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati, kelak akan dimitai pertanggungan jawabnya
masing-masing.
QS. Al-Isra’[17]: 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
JANGANLAH MENGIKUTI apa yang kamu
TIDAK TAHU ILMUNYA. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWABNYA.
QS. Al-Zumar[39]: 18
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ
الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
Yang MENDENGARKAN perkataan lalu MENGIKUTI
apa YANG PALING BAIK di antaranya. Itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk. Itulah orang-orang yang MAU MEMAHAMI.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar