Selasa, 01 September 2020

TAK MAU PAHAM


—Saiful Islam*—

“Orang Arab asli sekalipun, kalau tidak mau paham, tidak akan bisa paham Qur’an. Apalagi dapat petunjuk…”

Orang-orang yang tidak mau paham, itu dicela oleh Al Qur’an. Sebagaimana disebut oleh ayat berikut.

QS. Al-Anfal[8]: 22
إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya seburuk-buruknya makhluk di sisi Allah adalah orang-orang yang pekak dan tuli yang TIDAK MAU MEMAHAMI.

Allah pun marah pada orang-orang yang tidak mau memahami. Jelas sekali tercantum pada ayat di bawah ini.

QS. Yunus[10]: 100
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah. Dan ALLAH MENIMPAKAN KEMURKAAN kepada orang-orang yang TIDAK MAU MEMAHAMI.

Orang yang tidak mau paham, itu disamakan dengan hewan ternak, bahkan lebih sesat (QS.25:44). Orang kafir (menutup akal dan hatinya) itu juga disamakan dengan hewan ternak (QS.2:170-171). Karena dari awal, mereka memang sudah tidak mau paham (QS.8:65).

QS. Al-Furqon[25]: 44
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau MEMAHAMI. Mereka itu tidak lain, hanyalah SEPERTI BINATANG TERNAK, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).

Qur’an juga menggambarkan bahwa orang yang tidak mau paham, itu identik dengan orang munafik. Karena tidak mau paham itu, Allah lantas memalingkan hati (akal) mereka (QS.9:127)

Orang yang mengejek dan mengolok-olok agama ini, tentu saja tidak patut dijadikan pemimpin Kaum Mukminin. Mereka itu pun diidentikkan dengan orang yang tidak paham (QS.5:58).

Yang mengarang-ngarang syariat sesuai kemauannya sendiri, juga mengarang-ngarang soal akidah (terutama tentang Allah), itu juga disebut Qur’an sebagai orang-orang yang tidak paham (QS.5:103).

Mau mendengar Qur’an, itu tidak otomatis bisa paham. Apalagi bisa dapat petunjuk Qur’an. Bahkan orang Arab asli yang sehari-hari berbahasa Arab sekali pun. Tidak akan bisa paham. Inilah yang terjadi pada para rival Nabi. Jadi seandainya Nabi membacakan 30 juz pun, bahkan berulang-ulang, mereka tidak akan bisa paham. Tidak akan bisa memperoleh petunjuk (QS.10:42-43).

Orang yang tidak bisa paham, itu identik dengan hati dan akal yang terkunci atau buta. Serta pendengaran yang tersumbat. Sehingga tertutup. Lantas paham itu tidak bisa masuk. Ini digambarkan misalnya oleh QS.63:3; QS.6:25; QS.17:46; QS.18:57 dan QS.22:46.

QS. Al-Isra’[17]: 46
وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا ۚ وَإِذَا ذَكَرْتَ رَبَّكَ فِي الْقُرْآنِ وَحْدَهُ وَلَّوْا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ نُفُورًا
Kami adakan TUTUPAN di atas hati mereka dan SUMBATAN di telinga mereka, AGAR MEREKA TIDAK DAPAT MEMAHAMINYA. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.

Penghuni neraka, kelak akan menyesal. Karena dulu sewaktu hidup di dunia, mereka tidak mau memahami (QS.67:10). Kebanyakan penghuni neraka, itu memang orang-orang yang tidak mau memahami (QS.7:179).

QS. Al-A’raf[7]: 179
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Sungguh Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) KEBANYAKAN dari jin dan manusia. Mereka MEMPUNYAI HATI (AKAL), TETAPI TIDAK DIGUNAKAN UNTUK MEMAHAMI (AYAT-AYAT ALLAH). Mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (ayat-ayat Allah). Mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Itulah orang-orang yang lalai.

Jadi, marilah peringatan-peringatan Qur’an di atas, itu menjadi auto kritik bagi kita Umat Islam sendiri. Jangan sampai kita menjadi tercela. Jangan sampai Allah marah kepada kita. Jangan sampai kita seperti binatang ternak. Dan jangan sampai kita, lantas masuk neraka. Celaka dunia, dan celaka akhirat. Na’uudzu billaah.

Caranya, dengan melakukan sebaliknya. Yaitu berusaha memahami. Baik memahami ayat-ayat Qur’an (qowliyah), maupun memahami ayat-ayat realitas alam dan sosial (kawniyah). Lantas mengikuti perintah dan anjuran Allah yang menyelamatkan, mensukseskan dan membahagiakan kita dunia akhirat. Serta sekuat tenaga tidak melakukan apa yang dilarang.

Beragama ini memang sebuah perjalanan memahami. Proses terus-menerus. Tak pernah final. Kecuali kematian. Memilih pemahaman yang terbaik. Tidak boleh hanya ikut-ikutan, tanpa paham. Karena pendengaran, penglihatan dan hati, kelak akan dimitai pertanggungan jawabnya masing-masing.

QS. Al-Isra’[17]: 36
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
JANGANLAH MENGIKUTI apa yang kamu TIDAK TAHU ILMUNYA. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu AKAN DIMINTA PERTANGGUNGAN JAWABNYA.

QS. Al-Zumar[39]: 18
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
Yang MENDENGARKAN perkataan lalu MENGIKUTI apa YANG PALING BAIK di antaranya. Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk. Itulah orang-orang yang MAU MEMAHAMI.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...