—Saiful Islam*—
“Mengawinkan keduanya adalah cara
cerdas meningkatkan efektivitas membaca…”
Banyak pengertian membaca yang
disampaikan oleh para ahli. Intinya, adalah membaca itu untuk mendapatkan
pemahaman dan gagasan utama yang terkandung dalam rangkaian kalimat.
Membaca, itu paling tidak ada dua
macam. Pertama, membaca dalam hati (silent reading). Sifatnya
personal, yakni untuk diri sendiri. Kedua adalah membaca nyaring (reading
aloud). Ini lebih untuk pendengarnya. Yang level membacanya biasanya
pemula.
Reading aloud bersifat
menyediakan atau menyajikan gagasan untuk pendengar. Sedangkan silent
reading lebih ke langsung menyerap gagasan untuk dirinya sendiri. Reading
aloud lebih kompleks. Karena melibatkan penafsiran berdasar gerak mata yang
bersamaan dengan pengucapan. Tetapi silent reading itu sederhana—langsung
menafsirkan tanpa dijeda oleh pengucapan. Reading aloud mementingkan
pengucapan. Silent reading mementingkan makna. Reading aloud
memperlambat dan membatasi kecepatan membaca. Sedangkan silent reading
tidak.
Pertanyaan pentingnya adalah mana
yang lebih efektif, membaca dalam hati atau membaca nyaring.
Sebelum mengarah langsung ke
jawaban, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu manfaat masing-masingnya. Baik
silent reading maupun reading aloud.
Ada beberapa manfaat membaca ‘dalam
hati’. Antara lain pertama, lebih memberi kesempatan kepada pembaca
sesuai dengan kecepatan membacanya. Membaca dalam hati, juga bisa membangun
kepercayaan diri pembaca dalam kemampuan memahami teks secara mandiri. Dalam
hal ini, membaca dalam hati, dilihat sebagai sebuah strategi untuk menyiapkan
seseorang menjadi pembaca sepanjang hidup.
Manfaat kedua membaca dalam
hati adalah dapat meningkatkan keahlian pembaca atau pembelajar. Ketika sebuah
teks dibaca dengan hati, maka pembaca akan lebih memahaminya. Ini terjadi
karena pembaca dapat membaca teks itu dengan perlahan-lahan.
Ketiga, membaca
dalam hati, juga berguna untuk meningkatkan motivasi membaca. Bisa meningkatkan
minat baca. Membaca dalam hati tidak hanya bisa dilakukan di dalam kelas, di
dalam rumah, di dalam kantor, di dalam perpustakaan dan seterusnya. Tetapi bisa
juga di luar ruangan dengan udara bebas.
Keempat, cara silent
reading apalagi membacanya perlahan-lahan, akan meningkatkan kemampuan
berkonsentrasi, menurunkan tingkat stres dan memperdalam kemampuan mereka
berpikir, mendengar dan berempati.
Adapun reading aloud, juga
memiliki beberapa keuntungan. Yaitu pertama, menarik perhatian pendengar
sambil menyisipkan ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan untuk memahami dan
melatih berpikir kritis.
Kedua, menambah
kosa kata. Sambil membaca nyaring, dicatat kosa kata yang sekiranya baru atau
sulit bagi pendengar. Bisa juga menuliskannya, kemudian menanyakan artinya
kepada pendengar barangkali ada yang tahu. Penting juga untuk dilihat apakah pendengar
itu sudah bisa mengerti kosa kata itu dalam konteks kalimat atau paragraf.
Ketiga, meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan mendengar. Serta meningkatkan perhatian pendengar
secara umum. Ketika dibacakan nyaring, hasrat mendengar audiens kepada cerita
yang dibacakan akan meningkatkan kemampuan mendengarnya. Ini akan merangsang pendengar
mengeluarkan ide mereka sendiri. Kemampuan mendengar yang semakin baik, akan
membuat mereka semakin mudah memahami. Lantas menerapkannya.
Keempat, dengan reading
aloud akan membantu pendengarnya belajar untuk menata hal-hal sesuai
tempatnya. Dengan mendengarkan sebuah cerita misalnya, pendengar akan belajar
bahwa cerita itu memiliki rangkaian kejadian yang mengandung sebab akibat
secara logis.
Kelima, tentang tata
bahasa (grammar misalnya dalam Bahasa Inggris atau nahwu-shorof
dalam Bahasa Arab). Membaca nyaring akan membantu pendengarnya belajar tata
bahasa. Dan mendengarkan kalimat yang sempurna, itu akan meningkatkan pemahaman
pendengar terhadap tata bahasa secara umum. Serta pemahaman terhadap penggunaan
kata.
Keuntungan terakhir adalah kreativitas.
Reading aloud akan meningkatkan kreativitas. Pendengar akan
memvisualisasikan (membayangkan dalam bentuk gambar atau film dalam benaknya)
ketika mendengar cerita. Proses visualisasi ini akan meningkatkan kemampuan
kreatif mereka. Proses ini akan lebih mudah, ketika dikatakan kepada pendengar,
“Tutup mata. Dan bukalah imajinasi kalian.”
Lantas mana yang lebih efektif, silent
reading atau reading aloud? Para pakar memang banyak berdebat soal
itu. Tetapi sebuah studi yang dilakukan di Arkansas State University menemukan
bahwa kombinasi silent reading dan reading aloud sesuai kebutuhan
seseorang, itu berpotensi menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kelancaran
dan kepahaman. Kombinasi itu adalah yang optimal.
Penelitian yang lain juga
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti terkait pemahaman, antara silent
reading dan reading aloud.
Ada pendapat bahwa jika seseorang
itu pemula untuk belajar dan meningkatkan
kemampuan berbicara, maka reading aloud itu diutamakan. Dan
ketika seseorang ingin meningkatkan kemampuan menafsirkan dan membaca lebih
cepat, maka silent reading itu lebih diutamakan.
Jadi, untuk pembaca pemula, atau
baru belajar sebuah bahasa, maka tampaknya, membaca nyaring dan menyimak reading
aloud, itu lebih baik. Sedangkan yang sudah berpengalaman, sebaiknya silent
reading yang fokus pada gagasan utamanya. Pemula, itu tidak dilihat dari
usianya. Sebab berusia 40 tahun sekali pun, tidak akan bisa membaca teks Arab
atau Inggris apalagi memahaminya misalnya, kalau sebelumnya belum pernah
belajar sama sekali.
Maka sesuaikanlah dengan kebutuhan
diri Anda. Lihatlah dengan jujur kemampuan diri Anda sendiri. Apakah Anda
termasuk pemula, sedang atau sudah mahir. Jika pemula, beri porsi reading
aloud lebih banyak. Jika sedang dan mulai mahir, beri porsi silent
reading lebih banyak.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab….
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar