Selasa, 08 September 2020

SILENT VS READING ALOUD

—Saiful Islam*—

 “Mengawinkan keduanya adalah cara cerdas meningkatkan efektivitas membaca…”

 Banyak pengertian membaca yang disampaikan oleh para ahli. Intinya, adalah membaca itu untuk mendapatkan pemahaman dan gagasan utama yang terkandung dalam rangkaian kalimat.

 Membaca, itu paling tidak ada dua macam. Pertama, membaca dalam hati (silent reading). Sifatnya personal, yakni untuk diri sendiri. Kedua adalah membaca nyaring (reading aloud). Ini lebih untuk pendengarnya. Yang level membacanya biasanya pemula.

 Reading aloud bersifat menyediakan atau menyajikan gagasan untuk pendengar. Sedangkan silent reading lebih ke langsung menyerap gagasan untuk dirinya sendiri. Reading aloud lebih kompleks. Karena melibatkan penafsiran berdasar gerak mata yang bersamaan dengan pengucapan. Tetapi silent reading itu sederhana—langsung menafsirkan tanpa dijeda oleh pengucapan. Reading aloud mementingkan pengucapan. Silent reading mementingkan makna. Reading aloud memperlambat dan membatasi kecepatan membaca. Sedangkan silent reading tidak.

 Pertanyaan pentingnya adalah mana yang lebih efektif, membaca dalam hati atau membaca nyaring.

 Sebelum mengarah langsung ke jawaban, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu manfaat masing-masingnya. Baik silent reading maupun reading aloud.

 Ada beberapa manfaat membaca ‘dalam hati’. Antara lain pertama, lebih memberi kesempatan kepada pembaca sesuai dengan kecepatan membacanya. Membaca dalam hati, juga bisa membangun kepercayaan diri pembaca dalam kemampuan memahami teks secara mandiri. Dalam hal ini, membaca dalam hati, dilihat sebagai sebuah strategi untuk menyiapkan seseorang menjadi pembaca sepanjang hidup.

 Manfaat kedua membaca dalam hati adalah dapat meningkatkan keahlian pembaca atau pembelajar. Ketika sebuah teks dibaca dengan hati, maka pembaca akan lebih memahaminya. Ini terjadi karena pembaca dapat membaca teks itu dengan perlahan-lahan.

 Ketiga, membaca dalam hati, juga berguna untuk meningkatkan motivasi membaca. Bisa meningkatkan minat baca. Membaca dalam hati tidak hanya bisa dilakukan di dalam kelas, di dalam rumah, di dalam kantor, di dalam perpustakaan dan seterusnya. Tetapi bisa juga di luar ruangan dengan udara bebas.

 Keempat, cara silent reading apalagi membacanya perlahan-lahan, akan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, menurunkan tingkat stres dan memperdalam kemampuan mereka berpikir, mendengar dan berempati.

 Adapun reading aloud, juga memiliki beberapa keuntungan. Yaitu pertama, menarik perhatian pendengar sambil menyisipkan ilmu pengetahuan, meningkatkan kemampuan untuk memahami dan melatih berpikir kritis.

 Kedua, menambah kosa kata. Sambil membaca nyaring, dicatat kosa kata yang sekiranya baru atau sulit bagi pendengar. Bisa juga menuliskannya, kemudian menanyakan artinya kepada pendengar barangkali ada yang tahu. Penting juga untuk dilihat apakah pendengar itu sudah bisa mengerti kosa kata itu dalam konteks kalimat atau paragraf.

 Ketiga, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mendengar. Serta meningkatkan perhatian pendengar secara umum. Ketika dibacakan nyaring, hasrat mendengar audiens kepada cerita yang dibacakan akan meningkatkan kemampuan mendengarnya. Ini akan merangsang pendengar mengeluarkan ide mereka sendiri. Kemampuan mendengar yang semakin baik, akan membuat mereka semakin mudah memahami. Lantas menerapkannya.

 Keempat, dengan reading aloud akan membantu pendengarnya belajar untuk menata hal-hal sesuai tempatnya. Dengan mendengarkan sebuah cerita misalnya, pendengar akan belajar bahwa cerita itu memiliki rangkaian kejadian yang mengandung sebab akibat secara logis.

 Kelima, tentang tata bahasa (grammar misalnya dalam Bahasa Inggris atau nahwu-shorof dalam Bahasa Arab). Membaca nyaring akan membantu pendengarnya belajar tata bahasa. Dan mendengarkan kalimat yang sempurna, itu akan meningkatkan pemahaman pendengar terhadap tata bahasa secara umum. Serta pemahaman terhadap penggunaan kata.

 Keuntungan terakhir adalah kreativitas. Reading aloud akan meningkatkan kreativitas. Pendengar akan memvisualisasikan (membayangkan dalam bentuk gambar atau film dalam benaknya) ketika mendengar cerita. Proses visualisasi ini akan meningkatkan kemampuan kreatif mereka. Proses ini akan lebih mudah, ketika dikatakan kepada pendengar, “Tutup mata. Dan bukalah imajinasi kalian.”

 Lantas mana yang lebih efektif, silent reading atau reading aloud? Para pakar memang banyak berdebat soal itu. Tetapi sebuah studi yang dilakukan di Arkansas State University menemukan bahwa kombinasi silent reading dan reading aloud sesuai kebutuhan seseorang, itu berpotensi menjadi cara terbaik untuk meningkatkan kelancaran dan kepahaman. Kombinasi itu adalah yang optimal.

 Penelitian yang lain juga menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti terkait pemahaman, antara silent reading dan reading aloud.

 Ada pendapat bahwa jika seseorang itu pemula untuk belajar dan meningkatkan  kemampuan berbicara, maka reading aloud itu diutamakan. Dan ketika seseorang ingin meningkatkan kemampuan menafsirkan dan membaca lebih cepat, maka silent reading itu lebih diutamakan.

 Jadi, untuk pembaca pemula, atau baru belajar sebuah bahasa, maka tampaknya, membaca nyaring dan menyimak reading aloud, itu lebih baik. Sedangkan yang sudah berpengalaman, sebaiknya silent reading yang fokus pada gagasan utamanya. Pemula, itu tidak dilihat dari usianya. Sebab berusia 40 tahun sekali pun, tidak akan bisa membaca teks Arab atau Inggris apalagi memahaminya misalnya, kalau sebelumnya belum pernah belajar sama sekali.

 Maka sesuaikanlah dengan kebutuhan diri Anda. Lihatlah dengan jujur kemampuan diri Anda sendiri. Apakah Anda termasuk pemula, sedang atau sudah mahir. Jika pemula, beri porsi reading aloud lebih banyak. Jika sedang dan mulai mahir, beri porsi silent reading lebih banyak.

 Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab….

 *Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...