—Saiful Islam*—
“Tentu makna berkat versi KBBI ini,
tidak tepat dalam konteks akidah Islam…”
Banyak orang Indonesia, khususnya
Jawa dan Madura, sering sekali mendengar kata berkah atau barokah atau
berkat. Tetapi belum tentu banyak pula yang memahaminya. Sampai ada yang
menyimpulkan, “Membaca Qur’an itu tujuan utamanya adalah untuk tabarruk.”
Dengan maksud membaca tanpa mengerti otomatis memperoleh kebaikan. Salah
kaprah.
Padahal berkah, barokah, berkat itu
artinya adalah kebaikan yang langgeng, bertambah dan bertumbuh. Sedangkan tabarruk
itu mashdar dari kata tabarroka yang artinya mengambil berkah.
Alias mengambil kebaikan. Mari kita lihat bersama.
Menurut Lisan al-Arab, kata al-barokah
itu berarti tumbuh dan bertambah. Al-tabriik adalah doa untuk manusia
dan selainnya dengan al-barokah. Jika disebutkan, “Barroktu ‘alayhi
tabriikan,” yakni aku berkata untuknya, “Baarokalloohu ‘alayka:
semoga Allah memberkahimu.”
Kalimat, “Baarokalloohu al-syay’
wa barooka fiihi wa ‘alayhi: Allah memberkahi sesuatu,” maksudnya Allah
meletakkan al-barokah di dalamnya. “Tho’aamun bariik: makanan
yang berkah,” yakni seakan-akan makanan itu diberkahi.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa makna
al-barokah adalah setiap kebaikan yang banyak.
Firman Allah QS.6:92 “Al Qur’an
ini adalah Kitab yang diberkahi…” Menurut Al-Zajjaj al-mubaarok (yang
diberkahi) adalah sesuatu yang mendatangkan banyak kebaikan.
Sedangkan menurut Al-Mufradat fi
Gharib al-Qur’an, kata al-bark itu asalnya berarti dadanya unta.
Jika dikatakan, “Lahuu birkah wa baroka al-ba’iir,” itu berarti
seseorang yang menawarkan atau memberikan tumpangan.
Dari sana kemudian muncul makna
sesuatu yang ditentukan, ditetapkan atau dipastikan. Seperti kalimat “Ibtarokuu
fi al-harb,” yang berarti mereka telah menentukan lokasi perang. Kolam itu
dinamai birkah. Karena membuat air menetap atau langgeng di sana.
Adapun al-barokah sendiri,
masih menurut Al-Raghib, artinya adalah langgengnya kebaikan dari Allah. Ayatnya
misalnya QS.7:96. Sedangkan al-mubaarok adalah sesuatu yang di dalamnya
mengandung kebaikan tersebut.
“Qur’an ini adalah pengingat yang
diberkahi,” QS.21:50 merupakan pengingat bahwa Allah
menganugerahkan al-barokah di dalam ayat-ayat Qur’an. Makna demikian,
itu senada dengan apa yang disebut pada QS.38:29.
“Dan Allah menjadikan aku seorang
yang diberkahi di mana saja aku berada,” QS.19:31 maksudnya adalah Nabi Isa
selalu memberikan manfaat atau kebaikan.
“Sungguh Kami menurunkan Al Qur’an
itu pada malam yang diberkahi,” QS.44:3 dan “Tempatkanlah aku di tempat yang
diberkahi,” QS.23:29. Maksudnya yakni di sana terdapat kebaikan itu.
Berkahnya air pada QS.50:9
dijelaskan oleh QS.39:21 dan QS.23:18.
Adapun QS.25:61 merupakan pengingat
nikmat Allah kepada kita dengan perantara bintang-bintang dan cahaya-cahaya
yang disebut pada ayat itu.
Jadi, kalau berkah dikatakan
sebagai kebaikan yang metafisik, itu maksudnya adalah kebaikan itu dari Allah.
Semua kebaikan sejatinya dari Allah. “Di tangan Engkaulah segala kebaikan,”
kata QS.3:26.
Selain itu, semua kebaikan itu
bersifat fisik. Bentuk kongkret. Jika pada orang, orang yang berkah, maka orang
tersebut banyak membawa kebaikan atau manfaat. Baik untuk dirinya maupun orang
lain. Banyak berbuat kebaikan. Misalnya guru. Berkahnya guru adalah ilmu yang
diajarkannya. Ini seperti makna QS.19:31.
Jika pada benda, maksudnya benda
tersebut bermanfaat bagi pemiliknya. Berguna untuk mendatangkan kebaikan dan
manfaat. Laptop yang berkah misalnya. Itu adalah laptop yang bisa untuk
menulis, mendapatkan informasi yang bermanfaat dengan mudah dan murah, bisa
untuk jual beli, bisa untuk berbagi informasi, bisa untuk media silaturahim dan
lain seterusnya.
Harta yang berkah adalah pertama
harta yang disedekahkan. Pasti akan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi si
penerima. Juga bagi si pemberi, misalnya Allah mengganti dengan rezeki yang
lebih banyak. Kedua, harta yang diperdagangkan atau bisnis yang saling
menguntungkan. Ketiga adalah harta yang diinvestasikan. Misalnya beli seekor
sapi. Jadi dua sapi. Jadi empat, enam, delapan dan seterusnya. Atau membangun
kos-kosan, ruko yang disewakan dan seterusnya.
Ilmu yang berkah adalah ilmu yang
mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang
mencerdaskan, mencerahkan, memotivasi, mengarahkan, menunjukkan, kepada
kebaikan-kebaikan dan manfaat-manfaat berikutnya.
Begitu juga saya rasa, waktu yang
berkah. Suami yang berkah. Istri yang berkah. Anak-anak yang berkah. Kawan yang
berkah. Tetangga yang berkah. Lingkungan yang berkah. Yang membawa kebaikan
demi kebaikan. Berlipat-lipat. Mendatangkan manfaat demi manfaat. Manfaat yang
banyak. Yang terus bertambah, bertumbuh dan berkembang.
Nah, Qur’an itu sendiri menyebut
dirinya itu diberkahi. Ayat-ayatnya mengandung berkah. Yang jika dipahami dan
diamalkan akan mendatangkan kebaikan-kebaikan dan manfaat-manfaat yang
berlipat-lipat.
QS. Shad[38]: 29
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ
إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Al Qur’an ini adalah sebuah Kitab
yang Kami turunkan kepadamu PENUH DENGAN BERKAH. Supaya mereka memahami
ayat-ayatnya dan supaya mengambil pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.
Siapa yang menyuruh berbuat
kebaikan dan menjauhi keburukan? Qur’an. Siapa yang menyuruh salat yang bisa
mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Qur’an. Siapa yang menyuruh untuk
berbagi, sedekah, infaq, zakat? Qur’an. Siapa yang menyuruh membatasi pandangan
dan menutup aurat? Qur’an. Siapa yang melarang seks bebas yang mengundang penyakit?
Qur’an. Siapa yang menyuruh makan tidak sembarangan? Qur’an. Siapa yang
menyuruh baik kepada sesama? Qur’an. Dan lain seterusnya.
Jadi tidak benar kalau Qur’an itu
untuk tabarruk dengan artian tanpa memahaminya. Bahkan QS.38:29 di atas
jelas sekali menyebut tujuan utama Qur’an setelah disebut diberkahi itu. Yaitu SUPAYA
MEREKA MEMAHAMINYA (liyaddabbaruu) dan SUPAYA MENGAMBIL PELAJARANNYA (liyatadzakkaro).
Tampaknya berkah, berkat, barokah,
dan tabarruk langsung diartikan sebagai sesuatu yang mistis (hal gaib
yang tak terjangkau akal), itu terpengaruh oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang mengartikan berkat begini: Doa
restu dan pengaruh baik (yang mendatangkan selamat dan bahagia) dari orang yang
dihormati atau dianggap suci (keramat), seperti orang tua, guru, pemuka agama.
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab….
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar