Kamis, 03 September 2020

TABARRUK YANG BENAR


—Saiful Islam*—

“Tentu makna berkat versi KBBI ini, tidak tepat dalam konteks akidah Islam…”

Banyak orang Indonesia, khususnya Jawa dan Madura, sering sekali mendengar kata berkah atau barokah atau berkat. Tetapi belum tentu banyak pula yang memahaminya. Sampai ada yang menyimpulkan, “Membaca Qur’an itu tujuan utamanya adalah untuk tabarruk.” Dengan maksud membaca tanpa mengerti otomatis memperoleh kebaikan. Salah kaprah.

Padahal berkah, barokah, berkat itu artinya adalah kebaikan yang langgeng, bertambah dan bertumbuh. Sedangkan tabarruk itu mashdar dari kata tabarroka yang artinya mengambil berkah. Alias mengambil kebaikan. Mari kita lihat bersama.

Menurut Lisan al-Arab, kata al-barokah itu berarti tumbuh dan bertambah. Al-tabriik adalah doa untuk manusia dan selainnya dengan al-barokah. Jika disebutkan, “Barroktu ‘alayhi tabriikan,” yakni aku berkata untuknya, “Baarokalloohu ‘alayka: semoga Allah memberkahimu.”

Kalimat, “Baarokalloohu al-syay’ wa barooka fiihi wa ‘alayhi: Allah memberkahi sesuatu,” maksudnya Allah meletakkan al-barokah di dalamnya. “Tho’aamun bariik: makanan yang berkah,” yakni seakan-akan makanan itu diberkahi.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa makna al-barokah adalah setiap kebaikan yang banyak.

Firman Allah QS.6:92 “Al Qur’an ini adalah Kitab yang diberkahi…” Menurut Al-Zajjaj al-mubaarok (yang diberkahi) adalah sesuatu yang mendatangkan banyak kebaikan.

Sedangkan menurut Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, kata al-bark itu asalnya berarti dadanya unta. Jika dikatakan, “Lahuu birkah wa baroka al-ba’iir,” itu berarti seseorang yang menawarkan atau memberikan tumpangan.

Dari sana kemudian muncul makna sesuatu yang ditentukan, ditetapkan atau dipastikan. Seperti kalimat “Ibtarokuu fi al-harb,” yang berarti mereka telah menentukan lokasi perang. Kolam itu dinamai birkah. Karena membuat air menetap atau langgeng di sana.

Adapun al-barokah sendiri, masih menurut Al-Raghib, artinya adalah langgengnya kebaikan dari Allah. Ayatnya misalnya QS.7:96. Sedangkan al-mubaarok adalah sesuatu yang di dalamnya mengandung kebaikan tersebut.

“Qur’an ini adalah pengingat yang diberkahi,” QS.21:50 merupakan pengingat bahwa Allah menganugerahkan al-barokah di dalam ayat-ayat Qur’an. Makna demikian, itu senada dengan apa yang disebut pada QS.38:29.

“Dan Allah menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada,” QS.19:31 maksudnya adalah Nabi Isa selalu memberikan manfaat atau kebaikan.

“Sungguh Kami menurunkan Al Qur’an itu pada malam yang diberkahi,” QS.44:3 dan “Tempatkanlah aku di tempat yang diberkahi,” QS.23:29. Maksudnya yakni di sana terdapat kebaikan itu.

Berkahnya air pada QS.50:9 dijelaskan oleh QS.39:21 dan QS.23:18.

Adapun QS.25:61 merupakan pengingat nikmat Allah kepada kita dengan perantara bintang-bintang dan cahaya-cahaya yang disebut pada ayat itu.

Jadi, kalau berkah dikatakan sebagai kebaikan yang metafisik, itu maksudnya adalah kebaikan itu dari Allah. Semua kebaikan sejatinya dari Allah. “Di tangan Engkaulah segala kebaikan,” kata QS.3:26.

Selain itu, semua kebaikan itu bersifat fisik. Bentuk kongkret. Jika pada orang, orang yang berkah, maka orang tersebut banyak membawa kebaikan atau manfaat. Baik untuk dirinya maupun orang lain. Banyak berbuat kebaikan. Misalnya guru. Berkahnya guru adalah ilmu yang diajarkannya. Ini seperti makna QS.19:31.

Jika pada benda, maksudnya benda tersebut bermanfaat bagi pemiliknya. Berguna untuk mendatangkan kebaikan dan manfaat. Laptop yang berkah misalnya. Itu adalah laptop yang bisa untuk menulis, mendapatkan informasi yang bermanfaat dengan mudah dan murah, bisa untuk jual beli, bisa untuk berbagi informasi, bisa untuk media silaturahim dan lain seterusnya.

Harta yang berkah adalah pertama harta yang disedekahkan. Pasti akan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi si penerima. Juga bagi si pemberi, misalnya Allah mengganti dengan rezeki yang lebih banyak. Kedua, harta yang diperdagangkan atau bisnis yang saling menguntungkan. Ketiga adalah harta yang diinvestasikan. Misalnya beli seekor sapi. Jadi dua sapi. Jadi empat, enam, delapan dan seterusnya. Atau membangun kos-kosan, ruko yang disewakan dan seterusnya.

Ilmu yang berkah adalah ilmu yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang mencerdaskan, mencerahkan, memotivasi, mengarahkan, menunjukkan, kepada kebaikan-kebaikan dan manfaat-manfaat berikutnya.

Begitu juga saya rasa, waktu yang berkah. Suami yang berkah. Istri yang berkah. Anak-anak yang berkah. Kawan yang berkah. Tetangga yang berkah. Lingkungan yang berkah. Yang membawa kebaikan demi kebaikan. Berlipat-lipat. Mendatangkan manfaat demi manfaat. Manfaat yang banyak. Yang terus bertambah, bertumbuh dan berkembang.

Nah, Qur’an itu sendiri menyebut dirinya itu diberkahi. Ayat-ayatnya mengandung berkah. Yang jika dipahami dan diamalkan akan mendatangkan kebaikan-kebaikan dan manfaat-manfaat yang berlipat-lipat.

QS. Shad[38]: 29
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Al Qur’an ini adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu PENUH DENGAN BERKAH. Supaya mereka memahami ayat-ayatnya dan supaya mengambil pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.

Siapa yang menyuruh berbuat kebaikan dan menjauhi keburukan? Qur’an. Siapa yang menyuruh salat yang bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Qur’an. Siapa yang menyuruh untuk berbagi, sedekah, infaq, zakat? Qur’an. Siapa yang menyuruh membatasi pandangan dan menutup aurat? Qur’an. Siapa yang melarang seks bebas yang mengundang penyakit? Qur’an. Siapa yang menyuruh makan tidak sembarangan? Qur’an. Siapa yang menyuruh baik kepada sesama? Qur’an. Dan lain seterusnya.

Jadi tidak benar kalau Qur’an itu untuk tabarruk dengan artian tanpa memahaminya. Bahkan QS.38:29 di atas jelas sekali menyebut tujuan utama Qur’an setelah disebut diberkahi itu. Yaitu SUPAYA MEREKA MEMAHAMINYA (liyaddabbaruu) dan SUPAYA MENGAMBIL PELAJARANNYA (liyatadzakkaro).

Tampaknya berkah, berkat, barokah, dan tabarruk langsung diartikan sebagai sesuatu yang mistis (hal gaib yang tak terjangkau akal), itu terpengaruh oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang mengartikan berkat begini:  Doa restu dan pengaruh baik (yang mendatangkan selamat dan bahagia) dari orang yang dihormati atau dianggap suci (keramat), seperti orang tua, guru, pemuka agama.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab….

*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...