—Saiful Islam*—
“Yang disebut sebagai Agama Islam
di zaman Nabi hidup, itu bukan Hadis, Ijma’, Qiyas dan Mazhab. Tetapi Qur’an dan
Sunnah…”
Sudah menjadi sunnah-Nya, bahwa
setiap penyampai firman-Nya (Rasul) itu ada yang memusuhi (QS.25:31). Tidak
terkecuali Nabi SAW. Para rival Nabi itu berusaha keras menghabisi beliau,
sejatinya tujuan paling intinya adalah memusnahkan ajarannya. Melenyapkan
Qur’an. Sampai-sampai Nabi ‘curhat’ kepada Allah sebagaimana direkam dalam ayat
berikut.
QS. Al-Furqon[25]: 30
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا
رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Rasul (Muhammad) mengadu: "Ya
Tuhanku. Sesungguhnya kaumku MENJADIKAN AL QUR’AN itu sesuatu yang TIDAK
DIACUHKAN.”
Kata mahjuuron, itu berasal
dari al-hajr. Artinya adalah lawan kata menyambung (al-washl).
Yakni memutus. Menjadikan Qur’an sebagai mahjuuron berarti memutus
interaksi dengan Qur’an. Mengabaikan Qur’an. Menyepelekan Qur’an. Tidak mau
mendasarkan beragamanya, beribadahnya, bersosialnya, berprinsipnya, hidup dan
kehidupannya pada Qur’an.
Makanya, di beberapa tempat
(misalnya QS.3:103; QS.22:78 dan QS.31:22) Allah menyebut Qur’an itu dengan
tali Allah. Supaya Kaum Mukminin selalu berpegang teguh dengannya. Mendasarkan
hidupnya secara totalitas pada nilai-nilai dan norma-norma yang tercantum di
dalamnya.
QS. Ali Imran[3]: 103
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ
اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ
عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
BERPEGANG TEGUHLAH kamu SEMUANYA kepada
TALI ALLAH (AL QUR’AN), dan janganlah bercerai berai. Dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah
mempersatukan hatimu (dengan Qur’an itu). Lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah (Qur’an), orang-orang yang bersaudara. Kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Pernah seorang kawan menafsirkan
tali Allah itu adalah agama Islam. “Agama Islam, itu tidak hanya Qur’an. Tetapi
Hadis, Ijma’ dan Qiyas,” katanya.
Baiklah tali Allah disebut agama
Islam. Tetapi agama Islam yang dimaksud ayat itu jelas hanya Qur’an. Kenapa?
Sebab Hadis-Hadis, Ijma’ dan Qiyas, itu tidak ada ketika Nabi masih hidup dan
para Sahabatnya. Hadis-Hadis, Ijma’ dan Qiyas, itu baru ada sekitar 200 tahun
kemudian setelah wafatnya Nabi. Jadi yang disebut agama Islam di zaman Nabi,
itu adalah Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Para pengingkar itu, memang sengaja
membuat noise terhadap Qur’an. Hiruk-pikuk terhadap Qur’an. Membuat kegaduhan.
Sengaja dibuat segala pernak-pernik yang menarik, untuk memalingkan umat Islam
dari Qur’annya. Sehingga Kaum Mukminin gagal fokus terhadap Qur’an. Perhatian
umat Islam terhadap Qur’an menjadi ambyar. Kabur. Sebagaimana dikisahkan
oleh ayat berikut ini.
QS. Fushshilat[41]: 26
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata:
"JANGANLAH KAMU MENDENGAR dengan sungguh-sungguh akan AL QUR’AN INI DAN
BUATLAH HIRUK-PIKUK TERHADAPNYA, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.”
Intinya, mereka dengan segala cara
membuat halangan dan rintangan (barricade), supaya umat Islam tidak bisa
selalu online dengan Qur’an. Dilarang mendengarkan. Dilarang menyimak.
Dilarang memikirkan. Dilarang merenungkan. Dilarang mentadabburi
makna-maknanya. Dilarang membahas pesan, hukum, dan hikmah-hikmahnya. Dilarang
mengambil pelajaran darinya. Dilarang memahami. Dan seterusnya.
Dan noise itu pun bisa
terjadi di zaman informasi abad 21M ini. Maka wajar kalau Umat Islam menjadi
seperti pohon yang tercabut dari akarnya. Beragamanya menjadi rapuh. Gampang
terombang-ambing. Seperti kapal tanpa mesin, yang tidak memiliki tujuan yang
jelas. Angin ke utara, ikut ke utara. Angin ke selatan, ikut ke selatan. Berputar-putar.
Padahal. Siapa yang berpaling dari
Qur’an, pasti hidupnya akan sempit. Sebagaimana disebut oleh ayat berikut ini.
QS. Thoha[20]: 124
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ
ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
Barangsiapa BERPALING DARI
PERINGATAN-KU (AL QUR’AN), maka sungguh baginya PENGHIDUPAN yang SEMPIT. Dan
Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta.
Ada orang yang biasa berbicara
tanpa ilmu. Omong kosongnya itu menyesatkan manusia. Wajar kalau orang demikian
langsung berpaling sambil menyombongkan diri ketika dibacakan ayat-ayat Allah
(QS.31:6-7).
Orang kafir pasti berpaling kalau
dibacakan Qur’an (QS.54:2 dan QS.36:46). Kebanyakan mereka memang akan
berpaling kalau dikemukakan Qur’an (QS.41:4 dan QS.6:4). Itu juga yang pernah
terjadi pada Kaum Tsamud. Mereka langsung mendustakan Rasul. Dan berpaling dari
ajaran-Nya (QS.15:81).
Qur’an disebut sebagai pelajaran
orang-orang yang bersama Nabi. Kandungannya itu, terutama Tauhid, juga ada pada
kitab-kitab terdahulu. Tetapi para rival Nabi itu kebanyakan tidak mengetahui
kebenaran. Makanya tidak memperhatikan Qur’an (QS.21:24 dan QS.26:5).
Orang-orang yang berpaling dari
ayat-ayat Allah, itu diumpamakan dengan keledai liar yang lari terkejut karena
kaget ada singa yang akan menerkamnya (QS.74:49-52). Jadi bagi mereka, Qur’an
ini adalah ancaman.
Orang yang diperingatkan dengan
ayat-ayat Tuhannya (Qur’an), tetapi berpaling, itu disebut oleh QS.18:57
sebagai orang yang zalim. Bahkan sangat zalim (QS.32:22). Karena itu akal
mereka terhijab. Sehingga tidak bisa memahami. Apalagi dapat petunjuk.
Bahkan, kebanyakan manusia
berpaling, itu bukan hanya terhadap ayat-ayat Qur’an. Ayat-ayat qowliyah.
Tetapi juga ayat-ayat realitas alam dan sosial. Mereka tidak mengacuhkan ayat-ayat
kawniyah. Tidak peduli (QS.12:105).
Orang yang sudah menutup hati dan
akalnya untuk beriman terhadap eksistesi Tuhan, memang pasti akan berpaling
dari dua jenis ayat Allah itu (QS.21:32). Fenomena alam dan sosial yang
tersistem teratur dan harmonis, itu hanya mereka anggap kebetulan saja. Terjadi
dengan sendirinya.
Mereka itulah orang yang menjadi
teman setan. Setan itu yang menyesatkan mereka dari jalan yang benar. Sambil
menyangka mendapat petunjuk. Padahal bukan.
QS. Al-Zukhruf[43]: 36 – 37
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ
الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
Barangsiapa yang BERPALING DARI
PENGAJARAN TUHAN YANG MAHA PEMURAH (AL QUR’AN), Kami adakan baginya SETAN (YANG
MENYESATKAN). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ
عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
Dan sungguh setan-setan itu
benar-benar MENGHALANGI MEREKA DARI JALAN YANG BENAR dan mereka MENYANGKA bahwa
mereka mendapat petunjuk.
Mereka itulah yang diancam dengan
adzab yang sangat keras (QS.72:17)
Semoga bermanfaat. Walloohu
a’lam bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar