Senin, 07 September 2020

KEAJAIBAN BAHASA

 

—Saiful Islam*—

 “As well as learning vocabulary and grammar you’re also unconsciously learning a whole new way of seeing the world. There’s an inextricable link between language, culture and cognition.”  — Profesor Panos, Universitas Lancaster

 Keterampilan berbahasa yang lebih tinggi, itu terkait langsung dengan pertumbuhan hippocampus dan beberapa area cerebral cortex—terkait dengan ingatan (memori), pikiran dan tindakan.

 Sebuah studi MRI (Magnetic Resonance Imaging) tahun 2012 di Swedia menunjukkan bahwa belajar suatu bahasa memperbaiki ketebalan kortikal (cortical thickness)—lapisan selaput neuron yang berperan besar untuk pikiran, bahasa, kesadaran dan ingatan.

 Ukuran yang bertambah itu terkait dengan ingatan dan ketajaman pikiran yang lebih baik di masa tua. Belajar bahasa asing, itu akan mengubah otak, layaknya orang belajar keterampilan motorik (gerak) yang kompleks, seperti menari dan atraksi lempar bola-bola kasti.

 Meski demikian, sebuah studi oleh McGill University tahun 2013 menunjukkan bahwa belajar dua bahasa sejak lahir, tidak ada dampaknya pada otak.

 Sepanjang sejarah, banyak pemikir menyatakan bahwa perbedaan dalam bahasa itu mengarahkan pada perbedaan yang luas dalam pengalaman dan pemikiran. Teori ini disebut relativitas bahasa (linguistic relativity).

 Persepsi warna merupakan alat uji yang paling ideal untuk pandangan tersebut. Sebab ada banyak variasi antara bagaimana bahasa-bahasa yang berbeda itu mendeskripsikan warna.

 Misalnya Bahasa Jepang, itu memiliki banyak istilah untuk menggambarkan warna biru gelap dan biru terang—ada sekitar 12 istilah. Istilah itu tidak ditemukan dalam Bahasa Inggris yang hanya memiliki 3 istilah saja.

 Sebaliknya bahasa-bahasa yang hanya memiliki sedikit istilah. Juga memiliki dampak yang sebaliknya—sedikit pengalaman dan pemikiran. Misalnya orang-orang Namibian Himba yang mengategorikan warna itu hanya menjadi 5 saja: vapa (putih dan kekuningan), buru (kehijauan dan kebiruan), dambu (semu hijau, merah, coklat), sedandu (merah, oren, merah muda), dan zuzu (biru tua, merah, hijau, ungu). 

“Ketika belajar kosa kata dan tata bahasa, itu secara tidak sadar berarti Anda juga belajar cara baru yang menyeluruh dalam melihat dunia. Ada sebuah rantai yang tak bisa dipisahkan antara bahasa, budaya dan kecerdasan,” kata Prof. Panos seperti yang telah saya kutip di atas. 

Otak manusia, itu memiliki belahan otak kiri dan otak kanan. Nah, terkait dengan pemahaman bahasa dan produksi (ide) pembicaraan, itu terletak di otak sebelah kiri.

 Terkait dengan bahasa ini, ada bagian otak yang disebut Broca’s Area. Ini terkait dengan rencana gerak dan produksi bicara. Area Broca ini dipercaya berperan untuk proses kosa kata (lexical) dan bunyi kata (phonological). Kerusakan bagian ini, menyebabkan sulit berbicara meskipun masih mengerti bahasa.

 Ada juga bagian yang bernama Motor Cortex. Wilayah vocal (a,i,u,e,o) dari bagian ini berfungsi mengontrol pergerakan mulut dan bibir, termasuk produksi pembicaraan secara fisik.

 Ada lagi bagian yang bernama Wernicke’s Area. Yaitu bagian penting yang terkait dengan pemahaman bahasa. Bagian ini bertanggung jawab untuk memroses suara suatu pembicaraan. Jika bagian ini rusak, maka akan menyebabkan rusaknya pemahaman. Meski mampu memproduksi suara, tetapi tidak akan bermakna. Jadi seperti orang yang sedang mengigau.

 Bagian terakhir adalah Auditory Cortex. Fungsinya menerima sinyal-sinyal dari saraf-saraf pendengaran pada telinga bagian dalam, serta mengirimnya sesuai data yang tersimpan di otak (temporal and spatial frames of reference for the data).

 Meskipun para peneliti tidak pernah menemukan kesepakatan terkait usia dan kemampuan belajar bahasa, tetapi ada semacam masa kritis dimana belajar bahasa dirasa menjadi lebih sulit.

 Persentase kecakapan belajar bahasa yang terkait dengan usia otak, seperti ditunjukkan oleh sebuah studi yang pernah dilakukan oleh Jacqueline Johnson dan Elisa Newport. Studi yang bertajuk Critical Period Effects In Second Language Learning pada tahun 1989, itu membandingkan nilai tes Tata Bahasa Inggris untuk para imigran berdasar usia yang datang ke United States (US). 

Grafiknya sebagai berikut. Untuk usia 3 – 7 tahun menghasilkan kecakapan 98 persen. Usia 8 – 10 tahun 93 persen. Usia 11 – 15 tahun 83 persen. Dan usia 17 – 39 tahun itu menghasilkan kecakapan 76 persen. Dengan demikian, anak-anak yang mulai belajar bahasa asing sejak usia 3 tahun itu efektivitasnya sangat tinggi.

 Belajar sebuah bahasa sejak dini, itu memiliki beberapa keuntungan. Yaitu pertama, meningkatkan kemampuan kognisi—kemampuan memahami. Pengalaman dini dengan dua bahasa memberikan anak-anak mental yang fleksibel, unggul dalam konsep, dan kemampuan mental yang kaya. 

Kedua, mampu berprestasi lebih tinggi dalam beberapa bidang akademik yang berbeda. Para pelajar kelas 3 yang mendapatkan pelajaran bahasa selama 30 menit setiap pekan, meraih nilai yang lebih tinggi pada ujian prestasi akademik dibanding dengan anak-anak yang tidak mendapatkan pelajaran bahasa.

 Ketiga, mendapatkan nilai lebih tinggi pada ujian standar. Para pelajar yang belajar bahasa asing di sekolah menengah, memperoleh nilai yang lebih tinggi pada bagian verbal dari tes Shcolastic Aptitude.

 Manfaat lain dari menguasai bahasa asing, seperti berikut. 270 biro jodoh British sepakat bahwa orang-orang yang berbicara dengan bahasa asing, itu tampak lebih menarik. Anak-anak yang diasuh oleh kedua orang tuanya yang bisa bahasa asing, akan memiliki ingatan dan kecerdasan secara umum yang lebih baik. 

97 persen orang yang disurvei mengaku bahwa kemampuan bahasa asing membuat pelesir ke luar negeri menjadi lebih mudah. 98 persen dari yang disurvei itu mengaku bahwa belajar bahasa asing akan mendukung karir mereka. Lebih sepertiga bisnis menginginkan orang-orang yang memiliki kemampuan bahasa.

 Orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dari dua bahasa, berpeluang untuk menjadi jurnalis (penulis), computer games designer, marketing manager, tourist guide, insinyur dan dokter. Sumber UNWTO World Tourism Barometer, UNESCO, British Council, CILT, CBI, dan lain-lain yang dirangkum oleh elearninginfographics.com.

 QS. Yusuf[12]: 2

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa AL QUR’AN dengan BAHASA ARAB, supaya kamu MEMAHAMINYA.

 Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab….

 *Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...