—Saiful Islam*—
“As well as learning vocabulary and
grammar you’re also unconsciously learning a whole new way of seeing the world.
There’s an inextricable link between language, culture and cognition.” — Profesor Panos, Universitas Lancaster
Keterampilan berbahasa yang lebih
tinggi, itu terkait langsung dengan pertumbuhan hippocampus dan beberapa
area cerebral cortex—terkait dengan ingatan (memori), pikiran dan
tindakan.
Sebuah studi MRI (Magnetic
Resonance Imaging) tahun 2012 di Swedia menunjukkan bahwa belajar suatu
bahasa memperbaiki ketebalan kortikal (cortical thickness)—lapisan
selaput neuron yang berperan besar untuk pikiran, bahasa, kesadaran dan
ingatan.
Ukuran yang bertambah itu terkait
dengan ingatan dan ketajaman pikiran yang lebih baik di masa tua. Belajar
bahasa asing, itu akan mengubah otak, layaknya orang belajar keterampilan
motorik (gerak) yang kompleks, seperti menari dan atraksi lempar bola-bola
kasti.
Meski demikian, sebuah studi oleh
McGill University tahun 2013 menunjukkan bahwa belajar dua bahasa sejak lahir,
tidak ada dampaknya pada otak.
Sepanjang sejarah, banyak pemikir
menyatakan bahwa perbedaan dalam bahasa itu mengarahkan pada perbedaan yang
luas dalam pengalaman dan pemikiran. Teori ini disebut relativitas bahasa (linguistic
relativity).
Persepsi warna merupakan alat uji
yang paling ideal untuk pandangan tersebut. Sebab ada banyak variasi antara
bagaimana bahasa-bahasa yang berbeda itu mendeskripsikan warna.
Misalnya Bahasa Jepang, itu
memiliki banyak istilah untuk menggambarkan warna biru gelap dan biru
terang—ada sekitar 12 istilah. Istilah itu tidak ditemukan dalam Bahasa Inggris
yang hanya memiliki 3 istilah saja.
Sebaliknya bahasa-bahasa yang hanya
memiliki sedikit istilah. Juga memiliki dampak yang sebaliknya—sedikit
pengalaman dan pemikiran. Misalnya orang-orang Namibian Himba yang
mengategorikan warna itu hanya menjadi 5 saja: vapa (putih dan kekuningan),
buru (kehijauan dan kebiruan), dambu (semu hijau, merah, coklat), sedandu
(merah, oren, merah muda), dan zuzu (biru tua, merah, hijau, ungu).
“Ketika belajar kosa kata dan tata
bahasa, itu secara tidak sadar berarti Anda juga belajar cara baru yang
menyeluruh dalam melihat dunia. Ada sebuah rantai yang tak bisa dipisahkan
antara bahasa, budaya dan kecerdasan,” kata Prof. Panos seperti yang telah saya
kutip di atas.
Otak manusia, itu memiliki belahan
otak kiri dan otak kanan. Nah, terkait dengan pemahaman bahasa dan produksi
(ide) pembicaraan, itu terletak di otak sebelah kiri.
Terkait dengan bahasa ini, ada
bagian otak yang disebut Broca’s Area. Ini terkait dengan rencana gerak
dan produksi bicara. Area Broca ini dipercaya berperan untuk proses kosa kata (lexical)
dan bunyi kata (phonological). Kerusakan bagian ini, menyebabkan sulit
berbicara meskipun masih mengerti bahasa.
Ada juga bagian yang bernama Motor
Cortex. Wilayah vocal (a,i,u,e,o) dari bagian ini berfungsi mengontrol pergerakan
mulut dan bibir, termasuk produksi pembicaraan secara fisik.
Ada lagi bagian yang bernama Wernicke’s
Area. Yaitu bagian penting yang terkait dengan pemahaman bahasa. Bagian ini
bertanggung jawab untuk memroses suara suatu pembicaraan. Jika bagian ini
rusak, maka akan menyebabkan rusaknya pemahaman. Meski mampu memproduksi suara,
tetapi tidak akan bermakna. Jadi seperti orang yang sedang mengigau.
Bagian terakhir adalah Auditory
Cortex. Fungsinya menerima sinyal-sinyal dari saraf-saraf pendengaran pada
telinga bagian dalam, serta mengirimnya sesuai data yang tersimpan di otak (temporal
and spatial frames of reference for the data).
Meskipun para peneliti tidak pernah
menemukan kesepakatan terkait usia dan kemampuan belajar bahasa, tetapi ada
semacam masa kritis dimana belajar bahasa dirasa menjadi lebih sulit.
Persentase kecakapan belajar bahasa
yang terkait dengan usia otak, seperti ditunjukkan oleh sebuah studi yang
pernah dilakukan oleh Jacqueline Johnson dan Elisa Newport. Studi yang bertajuk
Critical Period Effects In Second Language Learning pada tahun 1989, itu
membandingkan nilai tes Tata Bahasa Inggris untuk para imigran berdasar usia
yang datang ke United States (US).
Grafiknya sebagai berikut. Untuk usia
3 – 7 tahun menghasilkan kecakapan 98 persen. Usia 8 – 10 tahun 93 persen. Usia
11 – 15 tahun 83 persen. Dan usia 17 – 39 tahun itu menghasilkan kecakapan 76
persen. Dengan demikian, anak-anak yang mulai belajar bahasa asing sejak usia 3
tahun itu efektivitasnya sangat tinggi.
Belajar sebuah bahasa sejak dini,
itu memiliki beberapa keuntungan. Yaitu pertama, meningkatkan kemampuan
kognisi—kemampuan memahami. Pengalaman dini dengan dua bahasa memberikan
anak-anak mental yang fleksibel, unggul dalam konsep, dan kemampuan mental yang
kaya.
Kedua, mampu
berprestasi lebih tinggi dalam beberapa bidang akademik yang berbeda. Para
pelajar kelas 3 yang mendapatkan pelajaran bahasa selama 30 menit setiap pekan,
meraih nilai yang lebih tinggi pada ujian prestasi akademik dibanding dengan
anak-anak yang tidak mendapatkan pelajaran bahasa.
Ketiga, mendapatkan
nilai lebih tinggi pada ujian standar. Para pelajar yang belajar bahasa asing
di sekolah menengah, memperoleh nilai yang lebih tinggi pada bagian verbal dari
tes Shcolastic Aptitude.
Manfaat lain dari menguasai bahasa
asing, seperti berikut. 270 biro jodoh British sepakat bahwa orang-orang yang
berbicara dengan bahasa asing, itu tampak lebih menarik. Anak-anak yang diasuh
oleh kedua orang tuanya yang bisa bahasa asing, akan memiliki ingatan dan
kecerdasan secara umum yang lebih baik.
97 persen orang yang disurvei
mengaku bahwa kemampuan bahasa asing membuat pelesir ke luar negeri menjadi
lebih mudah. 98 persen dari yang disurvei itu mengaku bahwa belajar bahasa
asing akan mendukung karir mereka. Lebih sepertiga bisnis menginginkan
orang-orang yang memiliki kemampuan bahasa.
Orang-orang yang memiliki kemampuan
lebih dari dua bahasa, berpeluang untuk menjadi jurnalis (penulis), computer
games designer, marketing manager, tourist guide, insinyur dan dokter. Sumber
UNWTO World Tourism Barometer, UNESCO, British Council, CILT, CBI, dan
lain-lain yang dirangkum oleh elearninginfographics.com.
QS. Yusuf[12]: 2
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkannya
berupa AL QUR’AN dengan BAHASA ARAB, supaya kamu MEMAHAMINYA.
Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam
bishshowaab….
*Penulis buku Ayat-Ayat Kemenangan,
dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar