—Saiful Islam*—
“Bukan hanya pengetahuan bahwa ada
karya tafsir ulama terdahulu. Tetapi juga dilatih menafsirkan…”
Memahami Qur’an itu kesannya sulit
bagi masyarakat. Sangat sulit malah. Jangankan masyarakat umum. Atau umat yang
awam. Tidak jarang dijumpai kaum terdidik yang mencitrakan sulit memahami
Qur’an. Dibuat syarat sangat ketat untuk boleh memahami atau menafsirkan
Qur’an.
Tampak sulit itu disebabkan untuk
memahami Qur’an, diharuskan menguasai Bahasa Arab dulu. Diharuskan mahir Sastra
Arab dulu. Harus menguasai Ilmu-Ilmu Qur’an dulu, menguasai Ushul Fikih.
Diharuskan hafal Qur’an dulu. Dan harus-harus dan wajib-wajib yang lain.
Semua harus-harus di atas, itu tentu
bukan perintah Allah. Bukan dibuat Nabi. Tetapi ijtihad ulama yang boleh jadi
awalnya supaya orang jahil tidak sembarangan menafsiri Qur’an tanpa ilmu apa
pun. Contohnya dukun. Tetapi belakangan, itu ditimpakan juga kepada para
santri, pelajar atau siapa pun yang punya bekal keilmuan dan niat baik ingin
memahami Qur’an. Tentu menjadi salah alamat.
Padahal di Jurusan Tafsir Hadis,
Fakultas Ushuluddin sendiri, faktanya tidak demikian. Setiap mahasiswa—hafal
Qur’an atau tidak misalnya—itu wajib menyelesaikan tugas latihan menafsirkan
Qur’an. Serta menulis tugas-tugas yang lain. Bukan hanya diberi pengetahuan (knowledge)
bahwa ada karya tafsir ulama-ulama terdahulu. Tetapi juga dilatih (skill)
menafsirkan. Menulis.
Uniknya, ada kawan yang sudah
belajar Bahasa Arab pun, Sastra Arab, Ushul Fikih, Ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir, Hadis
dan ilmu-ilmunya yang terkait dan seterusnya, ternyata masih saja dinilai tidak
layak memahami Qur’an. Tidak berhak dan tidak pantas menafsirkan Qur’an.
Alhasil, ia takut menafsir. Takut menulis. Tidak punya karya. Mandul. Tidak
berkontribusi apa-apa dalam dunia Tafsir Hadis.
Seperti dokter gigi yang mau
mengobati orang yang sakit gigi, lantas dikomentari: “Jangan sembarangan
operasi gigi. Operasi gigi itu tidak gampang!” Kemudian dibawalah pasien yang
sakit gigi itu ke rumah dukun yang hanya memakai pakaian dokter gigi. Dukun palsu
yang cuma modal percaya diri (PD) dan teriak-teriak supaya dianggap dokter gigi
betulan. Alamak!
Semua ilmu-ilmu bantu yang saya
sebut di atas, itu memang sebaiknya dipelajari. Mestinya mempermudah. Membantu
si penafsir. Atau si penulis. Menjadi rahmat dan berkah. Bukan malah menjadi
monster. Nyatanya ilmu-ilmu karya ulama dalam disiplin Tafsir dan Hadis, itu
memang bergizi. Sangat bermanfaat dan kaya sebagai khazanah intelektual Islam.
Terjadi percaturan pemikiran, di situlah asyik dan menariknya memang.
Benarkah memahami atau manafsirkan
Qur’an itu sulit? Ternyata tidak benar. Menurut Allah sendiri yang disampaikan
oleh Nabi-Nya, memahami Qur’an itu mudah. Kenapa? Karena sudah dimudahkan
Allah. Melalui cara-Nya. “Sungguh. Kami telah mudahkan Qur’an,” itu sampai
diulang 4 kali dalam QS. Al-Qomar[54]: 17, 22, 32, 40.
QS. Al-Qomar[54]: 17
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا
الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Sesungguhnya telah KAMI MUDAHKAN AL
QUR’AN UNTUK PELAJARAN. Maka adakah orang yang mengambil PELAJARAN?
Lagi-lagi, Allah menggunakan
redaksi ‘Kami’. Artinya Allah melibatkan pihak lain untuk memudahkan Qur’an
itu. Belum bisa Bahasa Arab? Tanya dan berguru kepada orang yang bisa Bahasa
Arab. Belum tahu Ulumul Qur’an? Tanya dan berguru kepada orang yang tahu Ulumul
Qur’an. Atau baca bukunya. Begitu seterusnya Ushul Fikih, Ilmu Tafsir, Ilmu
Hadis dan cabang-cabangnya dan seterusnya. Belum bisa yang berbahasa Arab, cari
yang berbahasa Indonesia.
Tidak bisa baca buku berbahasa Arab
atau Inggris? Belajar kepada yang bisa. Belum sempat? Baca terjemahnya dulu.
Belum hafal Qur’an 30 juz? Bisa menggunakan bantuan teknologi. Seperi aplikasi
(apps) Qur’an, Hadis, dan lain-lain. Ingin menikmati Tafsir? Yang versi
Arab bisa didownload gratis di Google. Belum bisa Arab? Tafsir versi
Indonesia ada. Contohnya Tafsir Al Misbah dan Tafsir Al Azhar.
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir pun sudah ada.
Dan seterusnya dan selanjutnya cara
Allah memudahkan kita untuk memahami Qur’an itu. Jadi memahami Qur’an itu
seiring kemampuan akal kita memahaminya. Pemahaman itu disempurnakan sambil
jalan. Jadi bukan diwajibkan sempurna dulu di depan. Insya Allah asal bermodal
niat baik, kepahaman seseorang terhadap Qur’an itu akan terus tumbuh dan berkembang.
“Adakah orang yang mau mengambil
pelajaran?” itu kalimat pertanyaan. Namun maksudnya
adalah anjuran untuk mengambil pelajaran. Mempelajari Qur’an. Yang namannya
pelajaran, itu harus dimengerti. Dipahami. Layaknya pelajaran di sekolah. Kalau
berisi knowledge, diingat-ingat. Kalau berisi nasehat dan perintah,
dilaksanakan.
Senada dengan dua ayat berikut.
QS. Maryam[19]: 97
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ
بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا
Sesungguhnya TELAH KAMI MUDAHKAN AL
QUR’AN ITU DENGAN BAHASAMU, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al
Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan
dengannya kepada kaum yang membangkang.
QS. Al-Dukhon[44]: 58
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ
بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya KAMI MUDAHKAN AL
QUR’AN ITU dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.
Dengan karunia dan rahmat Allah
yang berupa Qur’an itu, Kaum Mukminin dianjurkan supaya bersuka cita. Ini
diceritakan oleh QS.10:57-58.
Memang sudah selayaknya hati
menjadi lapang karena Qur’an. Bukan sebaliknya, hati menjadi sempit karena
Qur’an.
QS. Al-A’raf[7]: 2
كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ
فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَىٰ
لِلْمُؤْمِنِينَ
Al Qur’am ini adalah sebuah Kitab
yang diturunkan kepadamu. Maka JANGANLAH ADA KESEMPITAN DI DALAM DADAMU
KARENANYA. Supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang
kafir), dan menjadi PELAJARAN bagi orang-orang yang beriman.
Soal bisa salah, memang begitulah
sifat tafsir. Kebenarannya selalu relatif. Memang bisa benar dan bisa salah.
Tidak apa-apa. Dibenarkan sambil jalan. Didiskusikan. Kalau ada yang salah,
dikoreksi bersama. Dinamis. Tidak ada satu pun mufassir di dunia ini yang
berani mengaku bahwa tafsirnya benar mutlak. Tidak ada. Yang mutlak benarnya,
itu cuma Qur’an saja.
Begitu juga kalau ada satu dua ayat
yang belum bisa dipahami. Jangan lantas disimpulkan semua ayat dalam Qur’an
adalah sulit. Tidak begitu. Belum bisa dipahami saat ini, siapa tahu besok.
Belum besok, siapa tahu minggu depan, bulan depan, tahun depan, dan seterusnya.
Siapa tahu kita bertemu dengan orang yang lebih paham dulu dari kita. Bisa
berdiskusi bersamanya.
Jangan pernah merasa final dalam
upaya memahami Qur’an. Ingat, Qur’an ini bukan teks mati. Qur’an adalah teks
hidup. Ia adalah kalimat Sang Maha Hidup.
Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam
bishshowaab…
*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’,
dll.
Harrah's Cherokee Casino and Hotel - MapYRO
BalasHapusThis casino hotel features 충청북도 출장마사지 a restaurant, lounge, lounge, 하남 출장마사지 and bar, plus a 동두천 출장마사지 sports bar and a 대전광역 출장샵 bar. A snack 전라남도 출장샵 bar, a pool and a restaurant will be