Selasa, 01 September 2020

ASYIKNYA MEMAHAMI QUR’AN


—Saiful Islam*—

“Bukan hanya pengetahuan bahwa ada karya tafsir ulama terdahulu. Tetapi juga dilatih menafsirkan…”

Memahami Qur’an itu kesannya sulit bagi masyarakat. Sangat sulit malah. Jangankan masyarakat umum. Atau umat yang awam. Tidak jarang dijumpai kaum terdidik yang mencitrakan sulit memahami Qur’an. Dibuat syarat sangat ketat untuk boleh memahami atau menafsirkan Qur’an.

Tampak sulit itu disebabkan untuk memahami Qur’an, diharuskan menguasai Bahasa Arab dulu. Diharuskan mahir Sastra Arab dulu. Harus menguasai Ilmu-Ilmu Qur’an dulu, menguasai Ushul Fikih. Diharuskan hafal Qur’an dulu. Dan harus-harus dan wajib-wajib yang lain.

Semua harus-harus di atas, itu tentu bukan perintah Allah. Bukan dibuat Nabi. Tetapi ijtihad ulama yang boleh jadi awalnya supaya orang jahil tidak sembarangan menafsiri Qur’an tanpa ilmu apa pun. Contohnya dukun. Tetapi belakangan, itu ditimpakan juga kepada para santri, pelajar atau siapa pun yang punya bekal keilmuan dan niat baik ingin memahami Qur’an. Tentu menjadi salah alamat.

Padahal di Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin sendiri, faktanya tidak demikian. Setiap mahasiswa—hafal Qur’an atau tidak misalnya—itu wajib menyelesaikan tugas latihan menafsirkan Qur’an. Serta menulis tugas-tugas yang lain. Bukan hanya diberi pengetahuan (knowledge) bahwa ada karya tafsir ulama-ulama terdahulu. Tetapi juga dilatih (skill) menafsirkan. Menulis.

Uniknya, ada kawan yang sudah belajar Bahasa Arab pun, Sastra Arab, Ushul Fikih, Ulumul Qur’an, Ilmu Tafsir, Hadis dan ilmu-ilmunya yang terkait dan seterusnya, ternyata masih saja dinilai tidak layak memahami Qur’an. Tidak berhak dan tidak pantas menafsirkan Qur’an. Alhasil, ia takut menafsir. Takut menulis. Tidak punya karya. Mandul. Tidak berkontribusi apa-apa dalam dunia Tafsir Hadis.

Seperti dokter gigi yang mau mengobati orang yang sakit gigi, lantas dikomentari: “Jangan sembarangan operasi gigi. Operasi gigi itu tidak gampang!” Kemudian dibawalah pasien yang sakit gigi itu ke rumah dukun yang hanya memakai pakaian dokter gigi. Dukun palsu yang cuma modal percaya diri (PD) dan teriak-teriak supaya dianggap dokter gigi betulan. Alamak!

Semua ilmu-ilmu bantu yang saya sebut di atas, itu memang sebaiknya dipelajari. Mestinya mempermudah. Membantu si penafsir. Atau si penulis. Menjadi rahmat dan berkah. Bukan malah menjadi monster. Nyatanya ilmu-ilmu karya ulama dalam disiplin Tafsir dan Hadis, itu memang bergizi. Sangat bermanfaat dan kaya sebagai khazanah intelektual Islam. Terjadi percaturan pemikiran, di situlah asyik dan menariknya memang.

Benarkah memahami atau manafsirkan Qur’an itu sulit? Ternyata tidak benar. Menurut Allah sendiri yang disampaikan oleh Nabi-Nya, memahami Qur’an itu mudah. Kenapa? Karena sudah dimudahkan Allah. Melalui cara-Nya. “Sungguh. Kami telah mudahkan Qur’an,” itu sampai diulang 4 kali dalam QS. Al-Qomar[54]: 17, 22, 32, 40.

QS. Al-Qomar[54]: 17
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Sesungguhnya telah KAMI MUDAHKAN AL QUR’AN UNTUK PELAJARAN. Maka adakah orang yang mengambil PELAJARAN?

Lagi-lagi, Allah menggunakan redaksi ‘Kami’. Artinya Allah melibatkan pihak lain untuk memudahkan Qur’an itu. Belum bisa Bahasa Arab? Tanya dan berguru kepada orang yang bisa Bahasa Arab. Belum tahu Ulumul Qur’an? Tanya dan berguru kepada orang yang tahu Ulumul Qur’an. Atau baca bukunya. Begitu seterusnya Ushul Fikih, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis dan cabang-cabangnya dan seterusnya. Belum bisa yang berbahasa Arab, cari yang berbahasa Indonesia.

Tidak bisa baca buku berbahasa Arab atau Inggris? Belajar kepada yang bisa. Belum sempat? Baca terjemahnya dulu. Belum hafal Qur’an 30 juz? Bisa menggunakan bantuan teknologi. Seperi aplikasi (apps) Qur’an, Hadis, dan lain-lain. Ingin menikmati Tafsir? Yang versi Arab bisa didownload gratis di Google. Belum bisa Arab? Tafsir versi Indonesia ada. Contohnya Tafsir Al Misbah dan Tafsir Al Azhar. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir pun sudah ada.

Dan seterusnya dan selanjutnya cara Allah memudahkan kita untuk memahami Qur’an itu. Jadi memahami Qur’an itu seiring kemampuan akal kita memahaminya. Pemahaman itu disempurnakan sambil jalan. Jadi bukan diwajibkan sempurna dulu di depan. Insya Allah asal bermodal niat baik, kepahaman seseorang terhadap Qur’an itu akan terus tumbuh dan berkembang.

“Adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” itu kalimat pertanyaan. Namun maksudnya adalah anjuran untuk mengambil pelajaran. Mempelajari Qur’an. Yang namannya pelajaran, itu harus dimengerti. Dipahami. Layaknya pelajaran di sekolah. Kalau berisi knowledge, diingat-ingat. Kalau berisi nasehat dan perintah, dilaksanakan.

Senada dengan dua ayat berikut.

QS. Maryam[19]: 97
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا
Sesungguhnya TELAH KAMI MUDAHKAN AL QUR’AN ITU DENGAN BAHASAMU, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.

QS. Al-Dukhon[44]: 58
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya KAMI MUDAHKAN AL QUR’AN ITU dengan bahasamu supaya mereka mendapat pelajaran.

Dengan karunia dan rahmat Allah yang berupa Qur’an itu, Kaum Mukminin dianjurkan supaya bersuka cita. Ini diceritakan oleh QS.10:57-58.

Memang sudah selayaknya hati menjadi lapang karena Qur’an. Bukan sebaliknya, hati menjadi sempit karena Qur’an.

QS. Al-A’raf[7]: 2
كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Al Qur’am ini adalah sebuah Kitab yang diturunkan kepadamu. Maka JANGANLAH ADA KESEMPITAN DI DALAM DADAMU KARENANYA. Supaya kamu memberi peringatan dengan Kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi PELAJARAN bagi orang-orang yang beriman.

Soal bisa salah, memang begitulah sifat tafsir. Kebenarannya selalu relatif. Memang bisa benar dan bisa salah. Tidak apa-apa. Dibenarkan sambil jalan. Didiskusikan. Kalau ada yang salah, dikoreksi bersama. Dinamis. Tidak ada satu pun mufassir di dunia ini yang berani mengaku bahwa tafsirnya benar mutlak. Tidak ada. Yang mutlak benarnya, itu cuma Qur’an saja.

Begitu juga kalau ada satu dua ayat yang belum bisa dipahami. Jangan lantas disimpulkan semua ayat dalam Qur’an adalah sulit. Tidak begitu. Belum bisa dipahami saat ini, siapa tahu besok. Belum besok, siapa tahu minggu depan, bulan depan, tahun depan, dan seterusnya. Siapa tahu kita bertemu dengan orang yang lebih paham dulu dari kita. Bisa berdiskusi bersamanya.

Jangan pernah merasa final dalam upaya memahami Qur’an. Ingat, Qur’an ini bukan teks mati. Qur’an adalah teks hidup. Ia adalah kalimat Sang Maha Hidup.

Semoga bermanfaat. Walloohu a’lam bishshowaab…

*Penulis buku ‘Ayat-Ayat Kemenangan’, dll.

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino and Hotel - MapYRO
    This casino hotel features 충청북도 출장마사지 a restaurant, lounge, lounge, 하남 출장마사지 and bar, plus a 동두천 출장마사지 sports bar and a 대전광역 출장샵 bar. A snack 전라남도 출장샵 bar, a pool and a restaurant will be

    BalasHapus

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...