—Saiful Islam*—
“Ternyata Hadis-Hadis, itu tidak
mesti merupakan penjelas Qur’an…”
Dalam bukunya Studies in Early
Hadith Literature, Prof Azami menulis tentang 4 kedudukan Sunnah dalam
Islam. Di antaranya yaitu (1) menjelaskan Qur’an, dan (2) Rasulullah berwenang
membuat aturan. Di bukunya yang lain, On Schacht’s Origins of Muhammadan
Jurisprudence, menjadi peranan Nabi dalam hukum Islam. Antara lain yaitu (1)
penjelas Qur’an, dan (2) legislator (pembuat syariat atau hukum di luar
Qur’an.
Saya akan komentari yang menurut
saya kontroversial saja. Yaitu fungsi Rasulullah atau Sunnah sebagai mubayyin
(penjelas Qur’an) dan fungsi beliau SAW sebagai legislator—pembuat
syariat di luar Qur’an. Sisanya kiranya, sudah saya bahas di tulisan-tulisan
saya sebelumnya. Jadi tidak perlu diulang lagi.
Perlu saya perjelas dulu di sini.
Bahwa kedudukan Sunnah, atau pernanan Nabi, itu di kemudian hari ujug-ujug
(tiba-tiba) ditarik dan berubah menjadi fungsi Hadis terhadap Qur’an. Yaitu (1)
bayaan al-taqriir (memperkuat Qur’an), (2) bayaan tafshiil
(merinci), (3) bayaan taqyiid (membatasi), (4) bayaan takhshiish
(mengkhususkan), (5) bayaan tasyrii’ (membuat syariat di luar Qur’an),
dan (6) bayaan nasakh (menghapus ketentuan hukum Qur’an).
Berdasar QS.16:44, Azami
berpendapat bahwa kedudukan Sunnah dalam Islam adalah sebagai penjelas Qur’an.
Berikut ini.
QS. Al-Nahl[16]: 44
بِالْبَيِّنَاتِ
وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dengan PENJELASAN-PENJELASAN dan
lembaran-lembaran (kitab). Dan KAMI TURUNKAN KEPADAMU AL-QUR’AN, AGAR KAMU
MENJELASKAN PADA UMAT MANUSIA APA YANG TELAH DITURUNKAN KEPADA MEREKA dan
supaya mereka memikirkan.
Baiklah. Menurut saya, penjelasan
Rasulullah atau Sunnah Rasulullah terhadap Qur’an, ujug-ujug ditarik menjadi
fungsi Hadis sebagai penjelas Qur’an, ini terlalu gegabah. Sebab tidak selalu
penjelasan Rasulullah, itu adalah dengan sesuatu di luar Qur’an itu sendiri. Bahkan
tidak mungkin dengan Hadis. Wong Hadis ketika Rasulullah masih hidup itu
tidak ada. Artinya, sangat bisa jadi, penjelasan Rasulullah, itu adalah
ayat-ayat Qur’an itu sendiri. Sehingga, ayat dijelaskan dengan ayat. Meskipun
yang mengucapkannya adalah Rasulullah SAW. Marilah kita tinjau lebih jauh.
Menurut Al-Mufradat fi Gharib
al-Qur’an, kata al-bayyinah itu berarti petunjuk (dalaalah)
yang jelas. Baik secara akal, maupun rasa.
Sedangkan al-bayaan, itu
berarti penyingkap (pembuka tabir) sesuatu. Yang awalnya masih abu-abu atau
remang-remang, maka dengan al-bayaan menjadi tampak jelas, dan terang.
Menurut Lisan al-‘Arab, kata
al-bayaan, itu artinya adalah penjelas suatu dalil (petunjuk) dan yang
semisalnya. Dengan al-bayaan, itu sebuah petunjuk menjadi semakin jelas.
Bisa juga berarti keterangan. Dengan al-bayaan, sebuah dalil menjadi
semakin terang. Semakin gamblang dan tampak. Baana, istabaana, tabayyana,
abaana, dan bayyana, itu berarti satu. Artinya sama.
Al-tabyiin, itu berarti
menerangkan atau keterangan-keterangan. Begitu juga al-tibyaan, mubiin,
mubayyinah, artinya kurang lebih sama. Titik tekannya adalah kata al-bayaan
dan yang semisalnya itu, lebih pada berupa kalimat-kalimat. Atau kata-kata.
Nah, kalimat atau kata-kata, itu ada yang diucapkan dan ada yang tertulis.
Ingat, Qur’an itu adalah kalimat-kalimat.
Qur’an adalah kata-kata. Qur’an pertama kali diterima dan diucapkan oleh Nabi,
lantas kemudian ditulis sehingga sampai kepada kita. Salah satu penjagaan Allah
terhadap Qur’an selain penghafalan, memang adalah penulisan.
Ternyata, al-bayaan, itu
artinya lebih kepada Qur’an itu sendiri. Yakni ayat satu menjadi penjelas ayat
yang lain. Artinya tubayyin-nya Rasulullah SAW, itu adalah Qur’an itu
sendiri. Jadi memang Nabi yang menjelaskan, yang mengucapkan, yang menerangkan.
Tetapi isi atau konten yang diucapkan Nabi, itu adalah Qur’an itu sendiri.
Berikut ayat-ayat bahwa penjelas itu ternyata ayat-ayat Qur’an itu sendiri.
QS. Al-Baqarah[2]: 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي
أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ
وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai PETUNJUK bagi manusia dan PENJELAS MENGENAI
PETUNJUK TERSEBUT dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
Sangat gamblang ayat di atas. Bahwa
ternyata ayat-ayat Qur’an, itu memang bisa saling menjelaskan. Jika ada satu
ayat kurang jelas, maka cobalah mencari ayat-ayat lain yang setema atau
berkaitan. Insya Allah ayat-ayat yang lain, itu akan membuat ayat yang pertama
tadi menjadi semakin jelas, semakin terang, semakin nyata, dan semakin
gamblang. Seperti mainan menyusun puzzle begitulah. Semakin banyak
potongan gambar yang disusun, maka gambar tersebut akan semakin tampak
bentuknya.
QS. Ali Imran[3]: 138 & 184
هَٰذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ
وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ
138. (AL-QUR’AN) INI ADALAH
PENJELASAN BAGI SELURUH MANUSIA, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa.
فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ
كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ
الْمُنِيرِ
184. Jika mereka mendustakan kamu,
maka sesungguhnya Rasul-Rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula). Mereka
membawa PENJELASAN-PENJELASAN, lembaran-lembaran, dan al-kitab yang mencerahkan.
QS. Ibrahim[14]: 4
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ ۖ
Kami tidak mengutus seorang rasul pun,
melainkan DENGAN BAHASA KAUMNYA, SUPAYA IA DAPAT MENJELASKAN KEPADA MEREKA.
QS. Al-Maidah[5]: 19 & 75
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَىٰ فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ
19. Hai ahli Kitab. Sesungguhnya
telah datang kepada kamu RASUL KAMI, MENJELASKAN (SYARI'AT KAMI) KEPADAMU
ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul.
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ
مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ
صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْآيَاتِ
ثُمَّ انْظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
75. Al-masih putera Maryam itu
hanyalah seorang Rasul. Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Dan
ibunya seorang yang sangat benar. Kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan
bagaimana KAMI MENJELASKAN KEPADA MEREKA (AHLI KITAB) AYAT-AYAT (KAMI).
QS. Al-Mu’min[40]: 34
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ
مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ ۖ
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf
kepadamu DENGAN MEMBAWA PENJELASAN-PENJELASAN. Tetapi kamu senantiasa dalam keraguan
tentang apa yang dibawanya kepadamu.
QS. Al-Mujadilah[58]: 5
إِنَّ الَّذِينَ
يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ كُبِتُوا كَمَا كُبِتَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
ۚ وَقَدْ أَنْزَلْنَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۚ
Sesungguhnya orang-orang yang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang
yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya KAMI TELAH MENURUNKAN
AYAT-AYAT YANG MENJELASKAN.
QS. Al-Shaff[61]: 6
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ
مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ
بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam
berkata: "Hai Bani Israil. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu,
membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya sangat terpuji." MAKA
TATKALA RASUL (MUHAMMAD) ITU DATANG KEPADA MEREKA DENGAN MEMBAWA
PENJELASAN-PENJELASAN YANG NYATA, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang
nyata."
QS. Al-Thalaq[65]: 11
رَسُولًا يَتْلُو
عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا
يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا ۖ قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا
(Dan mengutus) SEORANG RASUL YANG
MEMBACAKAN KEPADAMU AYAT-AYAT ALLAH YANG MENJELASKAN (BERMACAM-MACAM HUKUM) supaya
Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan
kepada cahaya. dan Barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang
saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.
Bahkan menurut ayat di bawah ini,
penjelasan itu, memang dari Allah. Penjelasan tersebut adalah tanggung jawab Allah.
Wahyu ayat-ayat Qur’an sebagai penjelas, ini memang dari Allah.
QS. Al-Qiyamah[75]: 19
ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا
بَيَانَهُ
Kemudian, sesungguhnya ATAS
TANGGUNG JAWAB KAMI LAH PENJELASANNYA (BAYAANAH).
Meski demikian, bagi kita yang
hidup sekarang, saya tidak menutup 100% kemungkinan bahwa Hadis sahih bisa
menjelaskan Qur’an. Tetap, Hadis masih memungkinkan menjadi media menelusuri
Sunnah Nabi. Terutama teknis-teknis ibadah non-substansial. Hadis-Hadis tetap pada
posisinya yang zhann. Hanya diduga. Yang 100% sudah pasti merupakan
penjelas ayat, itu ya ayat-ayat Qur’an itu sendiri.
Kalau Hadis dianggap bisa menjadi
penjelas Qur’an, maka memang wajib ada ayat yang dijelaskan. Jadi harus
mengutip ayatnya dulu. Namanya penjelas, mesti harus ada yang dijelaskan. Jangan
sampai namanya penjelas, tetapi ternyata Hadis tersebut berdiri sendiri. Alias,
tidak ada cantolan Qur’an-nya. Terutama soal syariat dan akidah. Apalagi sampai
ada Hadis yang bertentangan secara teks-nya dengan Qur’an. Tentu, Hadis seperti
itu, meski sahih sanadnya, wajib bagi kita ‘meletakkannya’.
Maka, marilah kita memberikan porsi
selayaknya kepada ayat-ayat Qur’an sebagai penjelas daripada Hadis-Hadis. Terkait
al-bayaan ini, marilah kita adil di dalam memposisikan ayat-ayat Qur’an
dan Hadis-Hadis. Jangan sampai kita kebablasan menempatkan Hadis-Hadis sejajar
dengan Qur’an, dengan menganggap Hadis adalah wahyu teologis mandiri selain Qur’an
yang turun kepada Nabi. Atau malah Hadis lebih diunggulkan dari Qur’an. Na’uudz
billaah.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
*Penulis Ayat-Ayat Kemenangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar