Minggu, 19 Januari 2020

SANG UTUSAN TUHAN


—Saiful Islam—

“Kalau ada manusia biasa yang mendapat wangsit dawuhe Gusti Alloh, ini benar-benar sesuatu yang amazing…”

Dari definisi rosuul Allooh, kita menjadi paham. Bahwa mengapa Muhammad SAW, itu disebut Rasulullah? Karena beliau memperoleh amanat wahyu Qur’an dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia. Wahyu Qur’an atau risalah. Jadi karena Qur’an. Andai bukan karena wahyu Qur’an itu, pasti Muhammad SAW tidak akan disebut sebagai Rasulullah.

QS. Ali Imran[3]: 144
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
MUHAMMAD ITU TIDAK LAIN HANYALAH SEORANG RASUL. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

QS. Al-Ahzab[33]: 40
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian. TETAPI DIA ADALAH RASULULLAH DAN PENUTUP NABI-NABI. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

QS. Muhammad[47]: 2
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۙ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh SERTA BERIMAN KEPADA APA YANG DITURUNKAN KEPADA MUHAMMAD (AL-QUR’AN) DAN ITULAH YANG HAQ DARI TUHAN MEREKA, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.

Maka sudah jelas. Bahwa Muhamad SAW disebut Rasulullah, itu bukan karena Hadis. Tidak karena apa pun selain Qur’an. Barulah setelah ayat-ayat Qur’an itu sampai ke dalam hati Nabi, lantas beliau disebut oleh Allah sendiri sebagai utusan-Nya. Rasulullah SAW. Termasuk Jibril sendiri. Itu juga Rasulullah. Utusan Allah. Sebab Jibril memang menjadi perantara yang membawa ayat-ayat Qur’an itu langsung ke dalam hati Nabi.

Tampakya Nabi sendiri juga tidak mau diri pribadi beliau itu menjadi pusat perhatian. Sampai menjadi pusat kultus. Nabi tidak mau disikapi secara berlebihan oleh umatnya. Sehingga beliau seakan-akan manusia setengah tuhan. Tidak. Sebaliknya, misi Nabi itu cuma satu. Yakni Qur’an. Dan Nabi ingin semua umatnya fokus kepada Qur’an itu sendiri. Nabi hanyalah penyampai risalah Qur’an itu saja. Nabi ingin, bersama umat manusia yang lain yang mau, menjadikan Qur’an itu sebagai petunjuk, penawar, dan rahmat paripurna dalam kehidupan.

Maka wajar kalau Nabi tidak pernah menyuruh para Sahabatnya menulis yang selain Qur’an. Bahkan penulisan selain Qur’an, itu harus dihapus. Karena misi Nabi memang bukan dirinya. Bukan pribadi Nabi sebagai manusia biasa. Bahkan bukan Sunnahnya (kebiasaan hidupnya sehari-hari) yang tidak ada kaitannya dengan syariat Qur’an. Ingat, teknis salat, zakat, puasa, dan haji yang tidak substansial, itu ijtihad Nabi sendiri terkait dengan perintah-Nya sebagaimana sudah termaktub dalam Qur’an.

Jadi, yang disebut agama Islam ketika Nabi masih hidup bersama para Sahabatnya itu, adalah Al-Qur’an itu sendiri. Atau Al-Qur’an dan Sunnah. Yakni Sunnah praktik aktual Nabi yang terkait dengan Qur’an. Sebab Sunnah Nabi yang menjadi syariat, itu selalu kalau tidak Qur’an itu sendiri, ya terinspirasi oleh Qur’an. Nabi pasti tidak membuat syariat sendiri. Agama Islam saat itu, pasti bukan Hadis. Jelas, pada saat Nabi masih hidup dan para Sahabatnya, itu rujukan satu-satunya sebagai ajaran agama Islam hanyalah Qur’an.

QS. Al-Hajj[22]: 78
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjuanglah (jihad) kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu. Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (IKUTILAH) AGAMA ORANG TUAMU IBRAHIM. DIA (ALLAH) TELAH MENAMAI KAMU SEKALIAN ORANG-ORANG MUSLIM DARI DAHULU. DAN (BEGITU PULA) DALAM (AL-QUR’AN) INI, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah (Al-Qur’an). Dia adalah Pelindungmu. Maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

QS. Al-Fath[48]: 28
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang MENGUTUS RASUL-NYA DENGAN MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG HAK agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.

Nabi tidak berusaha untuk popularitas dirinya. Nabi menyampaikan Qur’an apa adanya. Bahkan ketika dirinya sendiri ditegur oleh Allah, ya beliau juga sampaikan. Tidak ditutup-tutupi. Apa adanya. Bukan untuk jabatan. Bukan untuk sanjungan. Bukan untuk harta. Malah Nabi itu habis-habisan berjuang untuk misi Qur’an-nya itu. Memberi dan berkorban. Bukan cuma harta yang beliau pertaruhkan untuk misi Qur’an-nya itu. Tetapi bahkan nyawanya.

Seakan-akan tidak ada yang lebih penting dari apa pun di dalam kehidupan dunia ini, dibanding Al-Qur’an itu sendiri. Karena dari Qur’an inilah, manusia lantas mengenal Tuhannya, sadar dirinya, manusia yang homo homoni lupus ini lantas mengerti keadilan, cinta dan kasih sayang, saling membantu dan menolong dalam kebaikan, memberi kepada sesama, berbuat baik kepada sesama, kepada dirinya sendiri, dan juga alam, sebuah misi supaya selamat, sukses, dan bahagia dunia akhirat bersama-sama.

QS. Al-Tawbah [9]: 88
لَٰكِنِ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Tetapi RASUL DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN BERSAMA DIA, MEREKA BERJIHAD (BERJUANG) DENGAN HARTA DAN DIRI (NYAWA) MEREKA (TOTALITAS). Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.

Senada dengan ayat di atas, bisa juga ditinjau QS.9:41; QS.4:95; QS.5:35; QS.49:15; QS.61:11; dan lain semisalnya.

Jadi sebutan utusan Allah (Rasulullah), itu memang selalu terkait dengan firman-Nya. Bukan karena Hadis. Dawud AS dengan Zabur-nya. Musa AS dengan Taurat-nya. Isa AS dengan Injil-nya. Dan Muhammad SAW dengan Qur’an-nya. Bertaburan ayat-ayat yang bisa menjadi bukti. Di antaranya adalah QS.69:40; 2:129; 2:151; 2:285; 3:86; 3:101; 3:164; 3:183; 4:136; 4:170; 5:15; 5:67; 5:83; 7:157; 8:24; 9:33; 20:124; 25:30; 28:47; 28:59; 33:12; 40:78; 43:46; 47:32; 62:2; dan QS.64:8.

QS. Al-Haqqah[69]: 40 & 43
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
40. Sesungguhnya AL-QUR’AN ITU ADALAH BENAR-BENAR PERKATAAN RASUL yang mulia.
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
43. AL-QUR’AN ITU DITURUNKAN DARI TUHAN semesta alam.

QS. Al-Baqarah[2]: 285
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
RASUL TELAH BERIMAN KEPADA AL-QUR’AN YANG DITURUNKAN KEPADANYA DARI TUHANNYA, DEMIKIAN PULA ORANG-ORANG YANG BERIMAN. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya. Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

QS. Ali Imran[3]: 101
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, PADAHAL AYAT-AYAT ALLAH DIBACAKAN KEPADA KAMU, DAN RASUL-NYA PUN BERADA DI TENGAH-TENGAH KAMU? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

QS. Al-Nisa’[4]: 170
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Wahai manusia. Sesungguhnya TELAH DATANG RASUL (MUHAMMAD) ITU KEPADAMU DENGAN (MEMBAWA) KEBENARAN DARI TUHANMU (AL-QUR’AN). Maka berimanlah kamu. Itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...