—Saiful Islam—
“Kalau ada manusia biasa yang
mendapat wangsit dawuhe Gusti Alloh, ini benar-benar sesuatu yang amazing…”
Dari definisi rosuul Allooh,
kita menjadi paham. Bahwa mengapa Muhammad SAW, itu disebut Rasulullah? Karena
beliau memperoleh amanat wahyu Qur’an dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat
manusia. Wahyu Qur’an atau risalah. Jadi karena Qur’an. Andai bukan karena
wahyu Qur’an itu, pasti Muhammad SAW tidak akan disebut sebagai Rasulullah.
QS. Ali Imran[3]: 144
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا
رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ
عَلَىٰ أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
MUHAMMAD ITU TIDAK LAIN HANYALAH
SEORANG RASUL. Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah
jika dia wafat atau dibunuh kalian berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada
Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur.
QS. Al-Ahzab[33]: 40
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا
أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَٰكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah
bapak dari seorang laki-laki di antara kalian. TETAPI DIA ADALAH RASULULLAH DAN
PENUTUP NABI-NABI. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
QS. Muhammad[47]: 2
وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۙ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
Dan orang-orang mukmin dan beramal
soleh SERTA BERIMAN KEPADA APA YANG DITURUNKAN KEPADA MUHAMMAD (AL-QUR’AN) DAN
ITULAH YANG HAQ DARI TUHAN MEREKA, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan
mereka dan memperbaiki keadaan mereka.
Maka sudah jelas. Bahwa Muhamad SAW
disebut Rasulullah, itu bukan karena Hadis. Tidak karena apa pun selain Qur’an.
Barulah setelah ayat-ayat Qur’an itu sampai ke dalam hati Nabi, lantas beliau
disebut oleh Allah sendiri sebagai utusan-Nya. Rasulullah SAW. Termasuk Jibril
sendiri. Itu juga Rasulullah. Utusan Allah. Sebab Jibril memang menjadi
perantara yang membawa ayat-ayat Qur’an itu langsung ke dalam hati Nabi.
Tampakya Nabi sendiri juga tidak
mau diri pribadi beliau itu menjadi pusat perhatian. Sampai menjadi pusat
kultus. Nabi tidak mau disikapi secara berlebihan oleh umatnya. Sehingga beliau
seakan-akan manusia setengah tuhan. Tidak. Sebaliknya, misi Nabi itu cuma satu.
Yakni Qur’an. Dan Nabi ingin semua umatnya fokus kepada Qur’an itu sendiri.
Nabi hanyalah penyampai risalah Qur’an itu saja. Nabi ingin, bersama umat
manusia yang lain yang mau, menjadikan Qur’an itu sebagai petunjuk, penawar,
dan rahmat paripurna dalam kehidupan.
Maka wajar kalau Nabi tidak pernah
menyuruh para Sahabatnya menulis yang selain Qur’an. Bahkan penulisan selain
Qur’an, itu harus dihapus. Karena misi Nabi memang bukan dirinya. Bukan pribadi
Nabi sebagai manusia biasa. Bahkan bukan Sunnahnya (kebiasaan hidupnya
sehari-hari) yang tidak ada kaitannya dengan syariat Qur’an. Ingat, teknis
salat, zakat, puasa, dan haji yang tidak substansial, itu ijtihad Nabi sendiri
terkait dengan perintah-Nya sebagaimana sudah termaktub dalam Qur’an.
Jadi, yang disebut agama Islam
ketika Nabi masih hidup bersama para Sahabatnya itu, adalah Al-Qur’an itu
sendiri. Atau Al-Qur’an dan Sunnah. Yakni Sunnah praktik aktual Nabi yang
terkait dengan Qur’an. Sebab Sunnah Nabi yang menjadi syariat, itu selalu kalau
tidak Qur’an itu sendiri, ya terinspirasi oleh Qur’an. Nabi pasti tidak membuat
syariat sendiri. Agama Islam saat itu, pasti bukan Hadis. Jelas, pada saat Nabi
masih hidup dan para Sahabatnya, itu rujukan satu-satunya sebagai ajaran agama
Islam hanyalah Qur’an.
QS. Al-Hajj[22]: 78
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ
حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ
عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ
وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ
عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا
الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjuanglah (jihad) kamu pada
jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu. Dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (IKUTILAH)
AGAMA ORANG TUAMU IBRAHIM. DIA (ALLAH) TELAH MENAMAI KAMU SEKALIAN ORANG-ORANG
MUSLIM DARI DAHULU. DAN (BEGITU PULA) DALAM (AL-QUR’AN) INI, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.
Maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah
(Al-Qur’an). Dia adalah Pelindungmu. Maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong.
QS. Al-Fath[48]: 28
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dia-lah yang MENGUTUS RASUL-NYA
DENGAN MEMBAWA PETUNJUK DAN AGAMA YANG HAK agar dimenangkan-Nya terhadap semua
agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
Nabi tidak berusaha untuk
popularitas dirinya. Nabi menyampaikan Qur’an apa adanya. Bahkan ketika dirinya
sendiri ditegur oleh Allah, ya beliau juga sampaikan. Tidak ditutup-tutupi. Apa
adanya. Bukan untuk jabatan. Bukan untuk sanjungan. Bukan untuk harta. Malah
Nabi itu habis-habisan berjuang untuk misi Qur’an-nya itu. Memberi dan
berkorban. Bukan cuma harta yang beliau pertaruhkan untuk misi Qur’an-nya itu.
Tetapi bahkan nyawanya.
Seakan-akan tidak ada yang lebih
penting dari apa pun di dalam kehidupan dunia ini, dibanding Al-Qur’an itu
sendiri. Karena dari Qur’an inilah, manusia lantas mengenal Tuhannya, sadar
dirinya, manusia yang homo homoni lupus ini lantas mengerti keadilan,
cinta dan kasih sayang, saling membantu dan menolong dalam kebaikan, memberi
kepada sesama, berbuat baik kepada sesama, kepada dirinya sendiri, dan juga
alam, sebuah misi supaya selamat, sukses, dan bahagia dunia akhirat
bersama-sama.
QS. Al-Tawbah [9]: 88
لَٰكِنِ الرَّسُولُ
وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ جَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الْخَيْرَاتُ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Tetapi RASUL DAN ORANG-ORANG YANG
BERIMAN BERSAMA DIA, MEREKA BERJIHAD (BERJUANG) DENGAN HARTA DAN DIRI (NYAWA)
MEREKA (TOTALITAS). Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan
mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
Senada dengan ayat di atas, bisa
juga ditinjau QS.9:41; QS.4:95; QS.5:35; QS.49:15; QS.61:11; dan lain
semisalnya.
Jadi sebutan utusan Allah (Rasulullah),
itu memang selalu terkait dengan firman-Nya. Bukan karena Hadis. Dawud AS dengan
Zabur-nya. Musa AS dengan Taurat-nya. Isa AS dengan Injil-nya. Dan Muhammad SAW
dengan Qur’an-nya. Bertaburan ayat-ayat yang bisa menjadi bukti. Di antaranya
adalah QS.69:40; 2:129; 2:151; 2:285; 3:86; 3:101; 3:164; 3:183; 4:136; 4:170;
5:15; 5:67; 5:83; 7:157; 8:24; 9:33; 20:124; 25:30; 28:47; 28:59; 33:12; 40:78;
43:46; 47:32; 62:2; dan QS.64:8.
QS. Al-Haqqah[69]: 40 & 43
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ
كَرِيمٍ
40. Sesungguhnya AL-QUR’AN ITU
ADALAH BENAR-BENAR PERKATAAN RASUL yang mulia.
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
43. AL-QUR’AN ITU DITURUNKAN DARI
TUHAN semesta alam.
QS. Al-Baqarah[2]: 285
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
RASUL TELAH BERIMAN KEPADA AL-QUR’AN
YANG DITURUNKAN KEPADANYA DARI TUHANNYA, DEMIKIAN PULA ORANG-ORANG YANG
BERIMAN. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nya. Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami
taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."
QS. Ali Imran[3]: 101
وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ
وَأَنْتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ
إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi
kafir, PADAHAL AYAT-AYAT ALLAH DIBACAKAN KEPADA KAMU, DAN RASUL-NYA PUN BERADA
DI TENGAH-TENGAH KAMU? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka
Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
QS. Al-Nisa’[4]: 170
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ
جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ وَإِنْ
تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا
حَكِيمًا
Wahai manusia. Sesungguhnya TELAH
DATANG RASUL (MUHAMMAD) ITU KEPADAMU DENGAN (MEMBAWA) KEBENARAN DARI TUHANMU
(AL-QUR’AN). Maka berimanlah kamu. Itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu
kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya
apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar