—Saiful Islam—
“Mempersedikit Hadis-Hadis, adalah
bentuk kehati-hatian! Dan memperbanyak ayat-ayat Qur’an, itu memperbesar
peluang kita mendapatkan hidayah, obat, dan rahmat…”
Adakah ayat yang memerintahkan kita
mengikuti Muhammad sebagai manusia biasa? Sepanjang penelusuran saya, tidak
ada. Yang ada adalah perintah untuk mengikuti Rasulullah Muhammad SAW. Jadi
yang diikuti dari Nabi itu adalah kerasulan beliau. Yakni Qur’an. Semua
kebaikan dan kebenaran yang diperintahkan Qur’an, itu pasti sudah dipraktikkan
oleh Rasulullah. Lantas menjadi teladan bagi kita, umat beliau. Ingat yang
menjadi teladan adalah Rasulullah.
QS. Al-Ahzab[33]: 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي
رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya TELAH ADA PADA RASULULLAH
ITU SURI TELADAN YANG BAIK BAGIMU (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak mengingat Allah.
Muhammad sebagai manusia biasa, itu
beda dengan Muhammad sebagai Rasulullah. Muhammad sebagai manusia biasa, itu
tidak ada kewajiban bagi kita untuk mengikutinya. Seperti bentuk tubuh, bentuk
rambut, kumis dan jengggot, bentuk pakaian, bentuk rumah, bentuk istri, bentuk
kendaraan, bentuk teknologi, bentuk makan, bentuk minum, bentuk tidur, bentuk
mandi, bentuk sosial, bentuk ekonomi, dan lain semisalnya. Yang wajib dan harus
kita ikuti, itu adalah Muhammad sebagai Rasul Allah. Utusan Allah. Yaitu
Muhammad yang menyampaikan Qur’an. Segala prinsip dan hukum yang tercantum di
dalam Qur’an. Dan Muhammad yang berbuat berdasar Qur’an.
Yang mesti diikuti dari Rasulullah
SAW, itu lebih kepada prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Qur’an. Adapun
bentuk-bentuk spesifiknya, itu memang bisa beraneka rupa. Sesuai dengan
masing-masing orang dengan sukus, adat, dan ras. Dan sesuai dengan tempat,
waktu, situasi, dan kondisinya. Ajaran Qur’an yang dicontohkan oleh Rasulullah
itu memang bersifat universal. Orang-orang Asia, Amerika, Eropa, Afrika, sampai
orang-orang Australia, semuanya bisa meneladani Rasulullah.
Yang diperintah oleh ayat berikut
ini, adalah mengikuti dan mentaati Rasulullah. Jadi sam’naa wa atho’naa-nya
itu kepada Muhammad Rasulullah SAW. Yaitu Muhammad yang selalu terkait dengan
Qur’an. Atau Muhammad yang terinspirasi oleh Qur’an, lantas berpikir, bersikap
dan beraksi berdasar Qur’an itu. Ayat-ayat yang menunjukkan hal tersebut,
antara lain QS.24:54; 4:80; 24:52; 9:71; 49:14; 4:64; 8:20; 3:132; 4:59; 4:69;
24;63; dan QS.59:7.
QS. Al-Nisa’[4]: 64
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ
تَوَّابًا رَحِيمًا
DAN KAMI TIDAK MENGUTUS SESEORANG
RASUL MELAINKAN UNTUK DITAATI DENGAN SEIZIN ALLAH. Sesungguhnya jikalau mereka
ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan
Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Anfal[8]: 20
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنْتُمْ
تَسْمَعُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
TAATLAH KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA. Dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya,
sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).
QS. Ali Imran[3]: 132
وَأَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan TAATILAH ALLAH DAN RASUL,
supaya kamu diberi rahmat.
QS. Al-Nisa’[4]: 80
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ
فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
BARANGSIAPA YANG MENTAATI RASUL
ITU, SESUNGGUHNYA IA TELAH MENTAATI ALLAH. Dan barangsiapa yang berpaling (dari
ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
QS. Al-Nisa’[4]: 69
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ
فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ
وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang MENTAATI ALLAH
DAN RASUL(NYA), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah. Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
QS. Al-Nur[24]: 52
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Dan barang siapa yang TAAT KEPADA
ALLAH DAN RASUL-NYA dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Adakah ayat yang memerintahkan kita
beriman kepada Hadis-Hadis? Sepanjang penelusuran saya, tidak ada. Yang ada
adalah perintah untuk beriman kepada Rasulullah SAW. Yakni kerasulan Muhammad
SAW. Gamblang sekali saya ceritakan pada tulisan sebelumnya BUKAN SOAL IMAN.
Bahwa Hadis-Hadis, itu memang tidak ada kaitannya dengan keimanan.
Keimanan itu terkait hal-hal gaib
(metafisika), seperti Allah, surga, neraka, malaikat, dan semisalnya. Dan keimanan
kepada hal-hal metafisik seperti ini, itu sudah komplit di dalam Qur’an. Bahkan
sejatinya, rukun iman itu tidak hanya enam itu. Tetapi semua informasi gaib
yang ada dalam Qur’an, itu adalah rukun iman.
Sedangkan Hadis, itu teks.
Menyikapi teks, itu urusan metodologi dan epistimologi. Bukan akidah. Beriman
kepada Rasulullah (kerasulan) atau Nabi (kenabian), itu disebutkan misalnya QS.4:136;
2:285; 2:177; 16:36; 19:58; dan QS.22:75 sebagai berikut.
QS. Al-Nisa’[4]: 136
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ
رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman,
TETAPLAH BERIMAN KEPADA ALLAH DAN RASUL-NYA dan kepada kitab yang Allah
turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.
QS. Al-Hajj[22]: 75
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ
الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
ALLAH MEMILIH UTUSAN-UTUSAN-(NYA)
DARI MALAIKAT DAN DARI MANUSIA. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
melihat.
QS. Al-Baqarah[2]: 177 & 285
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ
تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ
وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu
ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah BERIMAN KEPADA ALLAH, HARI KEMUDIAN (KIAMAT), MALAIKAT-MALAIKAT,
KITAB-KITAB, NABI-NABI dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
285. Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an
yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang
beriman. SEMUANYA BERIMAN KEPADA ALLAH, MALAIKAT-MALAIKAT-NYA, KITAB-KITAB-NYA
DAN RASUL-RASUL-NYA. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (Mereka berdoa):
"Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
Adakah ayat yang memerintahkan mengikuti
Hadis-Hadis? Tidak ada! Bagaimana mungkin diperintahkan mengikuti Hadis-Hadis, wong
ketika proses pewahyuan Qur’an selama 23 tahun, itu Hadis-Hadis dilarang
ditulis. Mustahil diperintah untuk mengikuti Hadis-Hadis wong
Hadis-Hadisnya tidak ada. Tidak mungkin para audiens Qur’an di awal-awal (para
Sahabat Nabi) diperintah mengikuti Hadis-Hadis, wong Nabi bersama
mereka. Para Sahabat cukup mengikuti Qur’an dan meneladani Sunnah Rasulullah.
Tidak perlu Hadis-Hadis.
Jadi kalau ingin hidup seperti
Sahabat, rujuklah pertama kali Qur’an. Melihat Sunnah-Sunnah Nabi, rujuklah sejarah
beliau SAW pertama kali di Qur’an. Kalau sudah lengkap, jelas, dan mantap, maka
tidak perlu merujuk Hadis-Hadis. Ingat, penggunaan Hadis adalah pilihan. Mempersedikit
Hadis-Hadis, itu tak lain dan tak bukan adalah bentuk kehati-hatian! Dan
memperbanyak pengutipan ayat-ayat Qur’an, itu artinya memperbesar peluang kita
mendapatkan hidayah, obat, dan rahmat.
Bagaimana dengan kita yang hidup di
abad 21 ini, yang tidak bisa lagi menyaksikan praktik salat, zakat, puasa, dan
haji Nabi secara langsung? Terutama praktik-praktik yang non-substansial yang
tidak disebutkan dalam Qur’an? Silakan menggunakan Hadis sahih yang kita pilih.
Tanpa perlu memutlakkan. Tanpa perlu menyalahkan saudara Muslim lain yang tidak
menggunakan Hadis kita. Atau lebih tepat lagi menurut saya, langsung saja
meniru mayoritas orang-orang Madinah terkait praktik-praktik ibadah tersebut.
Pemerintah harus ambil peran.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar