—Saiful Islam—
“Nikah pasti berpasangan. Tapi berpasangan,
belum tentu nikah. Kalau jomblo sudah pasti tidak berpasangan maupun menikah. Hehe…”
Deskripsi dalam Lisan al-‘Arab
ini cukup detail. Makanya saya pisah dengan Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an
kemarin. Yang jelas, supaya kita mendapatkan gambaran lebih utuh. Begini.
Al-Zawj itu lawan
kata sendiri. Dengan kata lain, al-zawj itu berpasangan. Lawan kata jomblo
atau single. Seperti genap itu lawan kata ganjil. Kalau ada sepasang
laki-laki dan perempuan, maka baik laki-lakinya maupun perempuannya itu disebut
zawj.
Menurut Ibnu Sidah al-zawj
itu satu orang yang punya kawan. Ada yang mengatakan bahwa al-zawj itu
bisa berarti dua laki-laki. Atau dua perempuan. Yang lain, al-zawj itu
laki-laki dan perempuan.
Pada umumnya orang-orang mengatakan
zawjaa hamaam (tatsniyah)—berarti sepasang merpati. Tapi
bentuk tatsniyah (zawjaa) itu, dikritik oleh Abu Bakar. Menurutnya, yang
benar adalah zawj hamaam (mufrad). Atau ‘indiy zawjaan min al-hamaam.
Orang Arab bermaksud laki-laki dan perempuan.
Orang Arab juga biasa mengatakan ‘indiy
zawjaan min al-khifaaf. Yaitu kanan dan kiri. Mereka juga biasa memosisikan
zawjayn itu untuk dua entitas yang berbeda jenis. Seperti hitam dan
putih, manis dan kecut.
Menurut Ibnu Sidah, yang
menunjukkan bahwa zawjayn itu dua entitas menurut bahasa orang Arab,
adalah QS.53:45. Di ayat ini, perempuan disebut zawj, laki-laki juga
disebut zawj. Juga disebut dalam QS.23:27.
Al-Hasan mengomentari QS.51:49
bahwa langit itu zawj. Bumi itu zawj. Musim hujan itu zawj.
Musim panas itu zawj. Malam itu zawj. Siang juga zawj. Dipluralkan
menjadi azwaaj dan azaawiij.
Tzamaaniyat azwaaj (delapan zawj)
dalam QS.6:143 dan QS.39:6 adalah delapan individu.
Hadis Abu Dzarr yang mendengar
Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang berinfak zawjayn dari
hartanya di jalan Allah, maka Allah bukakan baginya pintu surga.” Aku berkata,
“Apa itu zawjaan dari hartanya?” Rasulullah menjawab, “Dua budak, dua
kuda, atau dua unta.” Al-Hasan berkata, “Dua dinar, dua dirham, dua budak, dan
apa pun yang dua.”
Menurut Ibnu Syumayl bahwa al-zawj
itu dua individu. Setiap dua individu itu zawj. Yakni sepasang. Kalau
disebut dua zawj itu artinya dua pasang. Yakni empat individu. Tapi ini
dikritik Al-Azhariy. Menurutnya, pakar tata Bahasa Arab mengingkarinya. Menurut
mereka al-zawj itu satu individu. Untuk satu orang laki-laki dan satu
orang perempuan disebut dua zawj. Tzamaaniyat azwaaj (delapan zawj)
dalam QS.6:143 dan QS.39:6 adalah delapan individu.
QS. Hud[11]: 40 Inilah yang benar.
Asal sari zawj itu adalah separuh dan jenis dari tiap-tiap sesuatu.
Setiap dua hal yang berkawan, baik
yang sepakat maupun yang berlawanan, maka keduanya disebut dua zawj.
Masing-masing dari kedua hal itu disebut zawj. Yang dimaksud dua zawj
pada Hadis Abu Dzarr tadi yakni dua macam. Menurut Zamakhsyariy, itu memang
dari sabda Nabi. Hadis yang seperti itu juga diriwayatkan oleh Abu Huraiyrah.
Zawj-nya perempuan
adalah suaminya. Sedangkan zawj-nya laki-laki adalah istrinya. Perempuan
itu adalah zawj-nya. Atau zawjah-nya.
Al-‘Ashma’iy membolehkan menambah
‘h’ (zawjah) untuk perempuan. Namun Al-Kasaiy memastikan tanpa ‘ha’. Dia
dapat informasi itu dari Al-Qosim bin Ma’an dari Azdi Syanu’ah. Argumentasinya adalah
QS.2:35 dan QS.7:19 yang menyebut istri Adam itu dengan zawj—bentuk
maskulin (mudzakkar).
Menurut sebagian ahli grammar
Bahasa Arab (nahwu) begini. Orang-orang Hijaz menggunakan kata zawj
itu baik untuk laki-laki maupun perempuan. Seorang perempuan berkata, “Dia
adalah zawj-ku.” Laki-lakinya juga berkata, “Dia adalah zawj-ku.”
Istri tetap disebut zawj itu disebut dalam QS.2:35, QS.7:19, dan
QS.33:37. Begitu juga perempuan itu disebut zawj ada dalam QS.4:20.
Bisa juga dikatakan, “Perempuan itu
adalah zawjah-nya.” Pakai ‘ha’. Bani Tamim juga berkata demikian. Tapi
tetap saja dikiritik oleh Al-‘Ashma’iy, “Yang benar adalah zawj. Bukan
yang lain.” Argumennya pun QS.2:35 dan QS.7:19 di atas.
Meskipun Qur’an tetap menyebut
perempuan dengan zawj (tanpa ‘ha’), sebagian mereka tetap membolehkan
memakai ‘ha’. Yaitu zawjah. Alasannya, karena Abu ‘Ubaydah lebih dulu
berada di Hijaz. Al-Jauhariy dan Al-Farazdaq juga pernah menggunakan kata zawjah—yaitu
bentuk feminin (muannats).
Ibu Mas’ud pernah ditanya tentang
kata al-jamal (unta jantan) pada QS.7:40. Dijawab bahwa al-jamal
itu zawj-nya al-naaqoh (unta betina). Dan bentuk pluralnya zawj
adalah azwaaj dan ziwajah. Qur’an menyatakan, “Hai Nabi. Katakan
pada azwaj-mu…” (QS.33:28).
Kata tazawwaja dan zawwaja
itu derivasi dari za, wa, ja. Tazawwaja imroatan berarti dia
berpasangan dengan perempuan. Orang Arab berkata, zawwajtuhu imroatan.
Artinya, aku memasangkan dia (laki-laki) kepada perempuan. Juga tazawwajat
imroatun, seorang perempuan telah berpasangan. Orang Arab tidak pernah
berkata, tazawwajtu bi imroatin dan zawwajtu minhu imroatan.
QS.44:54 itu berarti Kami kawankan mereka dengan para bidadari itu. Maknanya
sama dengan QS.37:22.
Menurut Al-Farra’ juga ditemui kalimat
tazaawajtu biimroatin. Itu adalah bahasa Azdi Syanu’ah.
Tazawwaja fii baniy Fulaan (Seorang
laki-laki telah berpasangan di Bani Fulan). Maksudnya adalah seorang laki-laki
telah menikah. Tazaawaja al-qowm wa izdawajuu (sebuah kaum saling
berpasangan). Yakni sebagian kaum itu berpasangan dengan sebagian yang lain. Boleh
dikatakan izdawajuu sebab maknanya adalah tazaawaduu (saling
berpasangan).
Imroatun mizwaaj artinya
banyak pasangannya. Izdawaja al-kalaam wa tazaawaja (perkataan
berpasangan). Yakni sajak atau rima syair mereka mirip atau saling terkait. Zawwaja
al-syay’ bi al-syay’, dan zawwajahu ilaih, artinya adalah
mengawankannya (berkawan). Seperti QS.44:54.
Tsa’lab berkata bahwa para pemuda
itu cenderung berpisah ketika karakternya tidak berpasangan (tidak matching).
Menurut Al-Zajjaj kata azwaaj dalam QS.37:22 itu artinya para
cendekiawan dan bodyguard mereka. Kata azwaaj ini bagi orang Arab
juga bisa berarti kemiripan. Begitu juga al-zawj al-mar’ah (zawj
yang perempuan) dan al-zawj al-mar’ (zawj yang laki-laki),
keduanya telah bersesuaian dengan akad nikah.
Menurut Al-Ashma’iy, dua unggas,
dan dua unta, dan yang semisalnya, itu disebut zawjaan (tatsniyah).
Bukan zawj (mufrad) saja. Pokoknya setiap yang dua adalah zawjaan
atau zawjayn. Bukan zawj.
Abu Hanifah berkata, Haaja
al-mukkaa’u li al-zawaaj. Yakni dengan siulannya, orang itu sudah bergairah
untuk berhubungan seksual.
Zawj juga bisa
berarti macam, rupa, corak, jenis dan yang semisalnya. Juga ada yang
mengartikan zawj itu tipe, model, hias, dan semisalnya.
Jadi bisa dikatakan. Bahwa menikah
itu pasti berpasangan. Dan kalau berpasangan, itu belum tentu menikah. Kalau
jomblo, itu pasti tidak berpasangan dan tidak menikah. Hehe…”
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar