Rabu, 02 Oktober 2019

LAWAN KATA JOMBLO


—Saiful Islam—

“Nikah pasti berpasangan. Tapi berpasangan, belum tentu nikah. Kalau jomblo sudah pasti tidak berpasangan maupun menikah. Hehe…”

Deskripsi dalam Lisan al-‘Arab ini cukup detail. Makanya saya pisah dengan Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an kemarin. Yang jelas, supaya kita mendapatkan gambaran lebih utuh. Begini.

Al-Zawj itu lawan kata sendiri. Dengan kata lain, al-zawj itu berpasangan. Lawan kata jomblo atau single. Seperti genap itu lawan kata ganjil. Kalau ada sepasang laki-laki dan perempuan, maka baik laki-lakinya maupun perempuannya itu disebut zawj.

Menurut Ibnu Sidah al-zawj itu satu orang yang punya kawan. Ada yang mengatakan bahwa al-zawj itu bisa berarti dua laki-laki. Atau dua perempuan. Yang lain, al-zawj itu laki-laki dan perempuan.

Pada umumnya orang-orang mengatakan zawjaa hamaam (tatsniyah)—berarti sepasang merpati. Tapi bentuk tatsniyah (zawjaa) itu, dikritik oleh Abu Bakar. Menurutnya, yang benar adalah zawj hamaam (mufrad). Atau ‘indiy zawjaan min al-hamaam. Orang Arab bermaksud laki-laki dan perempuan.

Orang Arab juga biasa mengatakan ‘indiy zawjaan min al-khifaaf. Yaitu kanan dan kiri. Mereka juga biasa memosisikan zawjayn itu untuk dua entitas yang berbeda jenis. Seperti hitam dan putih, manis dan kecut.

Menurut Ibnu Sidah, yang menunjukkan bahwa zawjayn itu dua entitas menurut bahasa orang Arab, adalah QS.53:45. Di ayat ini, perempuan disebut zawj, laki-laki juga disebut zawj. Juga disebut dalam QS.23:27.

Al-Hasan mengomentari QS.51:49 bahwa langit itu zawj. Bumi itu zawj. Musim hujan itu zawj. Musim panas itu zawj. Malam itu zawj. Siang juga zawj. Dipluralkan menjadi azwaaj dan azaawiij.

Tzamaaniyat azwaaj (delapan zawj) dalam QS.6:143 dan QS.39:6 adalah delapan individu.

Hadis Abu Dzarr yang mendengar Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa yang berinfak zawjayn dari hartanya di jalan Allah, maka Allah bukakan baginya pintu surga.” Aku berkata, “Apa itu zawjaan dari hartanya?” Rasulullah menjawab, “Dua budak, dua kuda, atau dua unta.” Al-Hasan berkata, “Dua dinar, dua dirham, dua budak, dan apa pun yang dua.”

Menurut Ibnu Syumayl bahwa al-zawj itu dua individu. Setiap dua individu itu zawj. Yakni sepasang. Kalau disebut dua zawj itu artinya dua pasang. Yakni empat individu. Tapi ini dikritik Al-Azhariy. Menurutnya, pakar tata Bahasa Arab mengingkarinya. Menurut mereka al-zawj itu satu individu. Untuk satu orang laki-laki dan satu orang perempuan disebut dua zawj. Tzamaaniyat azwaaj (delapan zawj) dalam QS.6:143 dan QS.39:6 adalah delapan individu.

QS. Hud[11]: 40 Inilah yang benar. Asal sari zawj itu adalah separuh dan jenis dari tiap-tiap sesuatu.

Setiap dua hal yang berkawan, baik yang sepakat maupun yang berlawanan, maka keduanya disebut dua zawj. Masing-masing dari kedua hal itu disebut zawj. Yang dimaksud dua zawj pada Hadis Abu Dzarr tadi yakni dua macam. Menurut Zamakhsyariy, itu memang dari sabda Nabi. Hadis yang seperti itu juga diriwayatkan oleh Abu Huraiyrah.

Zawj-nya perempuan adalah suaminya. Sedangkan zawj-nya laki-laki adalah istrinya. Perempuan itu adalah zawj-nya. Atau zawjah-nya.

Al-‘Ashma’iy membolehkan menambah ‘h’ (zawjah) untuk perempuan. Namun Al-Kasaiy memastikan tanpa ‘ha’. Dia dapat informasi itu dari Al-Qosim bin Ma’an dari Azdi Syanu’ah. Argumentasinya adalah QS.2:35 dan QS.7:19 yang menyebut istri Adam itu dengan zawj—bentuk maskulin (mudzakkar).

Menurut sebagian ahli grammar Bahasa Arab (nahwu) begini. Orang-orang Hijaz menggunakan kata zawj itu baik untuk laki-laki maupun perempuan. Seorang perempuan berkata, “Dia adalah zawj-ku.” Laki-lakinya juga berkata, “Dia adalah zawj-ku.” Istri tetap disebut zawj itu disebut dalam QS.2:35, QS.7:19, dan QS.33:37. Begitu juga perempuan itu disebut zawj ada dalam QS.4:20.

Bisa juga dikatakan, “Perempuan itu adalah zawjah-nya.” Pakai ‘ha’. Bani Tamim juga berkata demikian. Tapi tetap saja dikiritik oleh Al-‘Ashma’iy, “Yang benar adalah zawj. Bukan yang lain.” Argumennya pun QS.2:35 dan QS.7:19 di atas.

Meskipun Qur’an tetap menyebut perempuan dengan zawj (tanpa ‘ha’), sebagian mereka tetap membolehkan memakai ‘ha’. Yaitu zawjah. Alasannya, karena Abu ‘Ubaydah lebih dulu berada di Hijaz. Al-Jauhariy dan Al-Farazdaq juga pernah menggunakan kata zawjah—yaitu bentuk feminin (muannats).

Ibu Mas’ud pernah ditanya tentang kata al-jamal (unta jantan) pada QS.7:40. Dijawab bahwa al-jamal itu zawj-nya al-naaqoh (unta betina). Dan bentuk pluralnya zawj adalah azwaaj dan ziwajah. Qur’an menyatakan, “Hai Nabi. Katakan pada azwaj-mu…” (QS.33:28).

Kata tazawwaja dan zawwaja itu derivasi dari za, wa, ja. Tazawwaja imroatan berarti dia berpasangan dengan perempuan. Orang Arab berkata, zawwajtuhu imroatan. Artinya, aku memasangkan dia (laki-laki) kepada perempuan. Juga tazawwajat imroatun, seorang perempuan telah berpasangan. Orang Arab tidak pernah berkata, tazawwajtu bi imroatin dan zawwajtu minhu imroatan. QS.44:54 itu berarti Kami kawankan mereka dengan para bidadari itu. Maknanya sama dengan QS.37:22.

Menurut Al-Farra’ juga ditemui kalimat tazaawajtu biimroatin. Itu adalah bahasa Azdi Syanu’ah.

Tazawwaja fii baniy Fulaan (Seorang laki-laki telah berpasangan di Bani Fulan). Maksudnya adalah seorang laki-laki telah menikah. Tazaawaja al-qowm wa izdawajuu (sebuah kaum saling berpasangan). Yakni sebagian kaum itu berpasangan dengan sebagian yang lain. Boleh dikatakan izdawajuu sebab maknanya adalah tazaawaduu (saling berpasangan).

Imroatun mizwaaj artinya banyak pasangannya. Izdawaja al-kalaam wa tazaawaja (perkataan berpasangan). Yakni sajak atau rima syair mereka mirip atau saling terkait. Zawwaja al-syay’ bi al-syay’, dan zawwajahu ilaih, artinya adalah mengawankannya (berkawan). Seperti QS.44:54.

Tsa’lab berkata bahwa para pemuda itu cenderung berpisah ketika karakternya tidak berpasangan (tidak matching). Menurut Al-Zajjaj kata azwaaj dalam QS.37:22 itu artinya para cendekiawan dan bodyguard mereka. Kata azwaaj ini bagi orang Arab juga bisa berarti kemiripan. Begitu juga al-zawj al-mar’ah (zawj yang perempuan) dan al-zawj al-mar’ (zawj yang laki-laki), keduanya telah bersesuaian dengan akad nikah.

Menurut Al-Ashma’iy, dua unggas, dan dua unta, dan yang semisalnya, itu disebut zawjaan (tatsniyah). Bukan zawj (mufrad) saja. Pokoknya setiap yang dua adalah zawjaan atau zawjayn. Bukan zawj.

Abu Hanifah berkata, Haaja al-mukkaa’u li al-zawaaj. Yakni dengan siulannya, orang itu sudah bergairah untuk berhubungan seksual.

Zawj juga bisa berarti macam, rupa, corak, jenis dan yang semisalnya. Juga ada yang mengartikan zawj itu tipe, model, hias, dan semisalnya.

Jadi bisa dikatakan. Bahwa menikah itu pasti berpasangan. Dan kalau berpasangan, itu belum tentu menikah. Kalau jomblo, itu pasti tidak berpasangan dan tidak menikah. Hehe…”

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...