Kamis, 03 Oktober 2019

MANUSIA PERTAMA PEREMPUAN?


—Saiful Islam—

“Perempuan disebut tercipta dari tulang rusuk Adam, itu ternyata terpengaruh oleh Bible…”

Zawj dengan berbagai derivasinya makna dasarnya adalah individu yang berpasangan. Jadi untuk menyebut individu. Personal. Perseorangan. Pribadi. Hanya saja seseorang yang berpasangan. Statusnya berpasangan. Jika konteksnya laki-laki dan perempuan, maka keduanya saling berpasangan. Bentuk berpasangannya itu bisa suami istri—karenanya sudah harus berakad nikah. Bisa juga masih calon. ‘Bekal’ istilah orang Madura. Atau masih tunangan.

Jomblo dan single itu juga dua kata yang sering digunakan untuk menunjuk orang yang sendirian. Individu. Personal. Jadi sama dengan zawj? Keduanya memang sama-sama berarti individu. Tapi ada bedanya. Yaitu jomblo atau single itu individu yang tidak berpasangan dalam konteks hubungan cinta laki-laki dan perempuan. Kalau zawj itu individu yang sudah memiliki kekasih. Dalam konteks yang umum, zawj itu kata sifat untuk apa pun yang dianggap berpasangan.

Di dalam Qur’an, baik laki-laki yang berpasangan maupun perempuan yang berpasangan, masing-masingnya disebut zawj. Yang laki-laki disebut zawj. Yang perempuannya juga disebut zawj. Yakni kata zawj itu tetap dalam bentuk maskulin (muannats) baik untuk laki-laki maupun perempuan. Tidak ada dalam Qur’an bentuk femininnya (zawjah). Begitu juga tidak ditemukan kata tazawwaja yang sering diterjemahkan kawin. Dan kawin sendiri itu memang bukan kata Arab.

Sekali lagi. Nikah itu sudah pasti berpasangan. Tapi kalau berpasangan, belum tentu nikah. Sebab ingat. Nikah itu titik tekannya adalah akad. Alias persetujuan. Perjanjian. Kontrak atau kesepakatan yang amat sangat kokoh antara kedua belah pihak. Khususnya kedua mempelai—calon pengantin laki-laki dan perempuan. Sedangkan zawj ini, hanya sekadar status bahwa seseorang telah memiliki pasangan. Orang bisa menyebutnya tunangan, kekasih, pacar, berteman, berkawan, dan semisalnya.

Zawj itu netral. Ia bisa untuk menyifati laki-laki. Juga bisa untuk perempuan. Makanya, saya sempat tercekat ketika menelusuri kata zawj ini dalam Qur’an. Ingatan saya langsung tertuju pada pemahaman umum. Bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah adalah laki-laki. Yakni Adam. Kemudian dari tulang rusuk Adam, Allah ciptakan perempuan yang menjadi pasangan Adam. Yakni Hawa.

Pemahaman asal kejadian perempuan adalah dari tulang rusuk laki-laki, ini agaknya berdampak pada pemahaman lanjutannya. Yakni perempuan dianggap makhluk nomer dua setelah laki-laki. Dengan kata lain, laki-laki selalu lebih hebat dan lebih unggul dari perempuan. Perempuan hanya dianggap sebagai alat pemuas nafsu laki-laki. Laki-laki bebas menikahi beberapa perempuan walau karena syahwat. Urusan perempuan hanya kasur, dapur, sumur.

Perempuan dianggap layaknya barang. Yang dengan seenaknya bisa diperjual belikan. Human trafficking. Yang setelah puas, bisa ditinggal begitu saja. Prostitusi. Atau dikontrak untuk berhubungan seksual. Dengan bayaran tertentu. Yang setelah waktu kontraknya habis, bisa ditinggal begitu saja. Bagaimana kalau hamil? Tidak mau tahu. Nggak ngoros. Kalau perlu digugurkan saja. Alias bayi mungil tak berdosa itu dibunuh. Dihabisi. Dibantai. Inilah perbudakan modern. Bahkan lebih parah, lebih sadis, lebih kejam, dari perbinatangan.

Siapa pun. Baik laki-laki maupun perempuan. Kalau alam bawah sadarnya terus-terusan ditekan, jebol juga pertahanan dirinya. Cepat atau lambat, ia akan membenarkan, bahwa dirinya makhluk nomor dua. Pasti kalah dalam bidang apa pun kalau dibanding laki-laki. Lantas tidak ada upaya baginya untuk bersaing meraih prestasi spiritual, sosial, ekonomi, akademik, budaya, dan lain seterusnya.

“Oiya. Perempuan memang kelas dua. Perempuan memang hanya untuk mengurus anak-anak. Di rumah. Urusan kami memang hanya masak, macak, manak. Sumur, kasur, dapur. Tidak perlu sekolah,” katanya. Lihat juga para orang tuanya ketika ditanya kenapa anak-anak perempuan mereka tidak disekolahkan. Lekas sekali mereka menjawab, “Percuma, Mas. Sekolah tinggi-tinggi. Lulus hanya jadi ibu rumah tangga di rumah.”

Padahal anak-anak itu dekat sekali dengan ibunya. Tentu saja anak-anak yang diasuh oleh ibu-ibu yang berilmu akan melahirkan generasi yang lebih berkualitas dibanding anak-anak yang diasuh oleh para ibu yang sebaliknya. Ibu-ibu yang cerdas spiritualnya, emosionalnya, intelektualnya, serta indah akhlaknya, akan melahirkan anak-anak yang super amazing. Qur’an menyuruh agar orang tua mengupayakan keturunan mereka menjadi generasi ungggul (QS.4:9). “Tidak sama antara yang berilmu dan yang tidak,” kata (QS. 39:9 dan QS.35:19-20).

Berikut inilah ayat-ayat yang sering dibuat untuk menomerduakan kaum perempuan. Benarkah perempuan tercipta dari tulang rusuk Adam? Sehingga banyak meme menggelikan tentang tulang rusuk itu yang beredar?

QS. Al-Nisa’[4]:1
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia. Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri. Dan dari padanya, Allah menciptakan isterinya. Dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Nafs waahidah yang berarti diri yang satu ini juga bisa dilihat QS. Al-An’am[6]: 98, QS. Al-Zumar[39]: 6, dan QS. Lukman[31]: 28. Rata-rata semuanya diartikan sebagai Adam. Padahal itu belum final. Masih ada lagi kata nafs waahidah di ayat berikut ini. Yang bisa membuat pemahaman kita 180 derajat berubah. Bahwa manusia pertama yang diciptakan Allah, sangat bisa jadi ternyata adalah perempuan!

QS. Al-A’raf[7]: 189
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا ۖ فَلَمَّا تَغَشَّاهَا حَمَلَتْ حَمْلًا خَفِيفًا فَمَرَّتْ بِهِ ۖ فَلَمَّا أَثْقَلَتْ دَعَوَا اللَّهَ رَبَّهُمَا لَئِنْ آتَيْتَنَا صَالِحًا لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ
Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu. Dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya. Agar ia merasa tentram kepadanya. Maka setelah dicampurinya (seks), ia mengandung kandungan yang ringan. Dan teruslah ia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala ia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: “Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”

Padahal nafs waahidah pada ayat-ayat tersebut, jelas sekali itu adalah perempuan. Waahidah (kata sifat feminin atau muannats). Bukan waahid (mudzakkar). Tidak matching kalau diterjemahkan Adam. Indikasi yang lain bahwa perempuan dulu yang diciptakan adalah kata zawj, liyaskuna, dan ilaiha.

Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (yakni perempuan). Dan dari padanya (sama jenisnya) Dia menciptakan pasangannya (zawj-nya, yakni Adam). Agar ia (Adam) merasa tentram kepadanya. Zawj saya artikan Adam. Sebab jelas itu adalah dhomir (pronoun orang ketiga tunggal—huwa atau he) kata liyaskuna (agar dia menjadi tentram). Sedangkan ilaiha (kepadanya), jelas sekali ‘nya’ di situ merujuk kepada perempuan. Sebab menggunakan dhomir ‘haa’.

Tidak pernah ada informasi dalam Qur’an bahwa Adam adalah manusia pertama. Catat itu. Qur’an juga tidak pernah menyebut bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam. Tidak ada itu.

Tak kalah pentingnya untuk dicatat adalah ini. Perempuan (istrinya Adam) diciptakan dari tulang rusuk Adam, jelas-jelas ini adalah keyakinan Bible. Disebutkan dalam Kitab Kejadian, pasal 2 ayat 21-24. Sebagai berikut.

(2:21) Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak. Ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya. Lalu menutup tempat itu dengan daging. (2:22) DAN DARI RUSUK YANG DIAMBIL TUHAN ALLAH DARI MANUSIA ITU, DIBANGUN-NYA LAH SEORANG PEREMPUAN. Lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. IA AKAN DINAMAI  PEREMPUAN, SEBAB IA DIAMBIL DARI LAKI-LAKI." (2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya  dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Begitu dulu. Semoga bermanfaat. Bersambung, insya Allah…

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...