—Saiful Islam—
“Inilah cara halus Qur’an melenyapkan perbudakan di muka bumi…”
Di dalam Qur’an. Selain maa
malakat aymaanuhum dan yang semisalnya, budak itu juga disebut dengan kata roqobah
atau riqoob, amah, rojul, dan ‘abd.
Al-roqobah asalnya
berarti leher (QS.47:4). Kemudian dipinjam untuk nama sesuatu yang dimiliki.
Pemahamannya mirip kata kepala dan punggung, yang dipakai untuk makna sesuatu
yang ditunggangi. Nah, di sini kata roqobah itu dipinjam untuk makna
budak. Seakan-akan budak itu adalah masyarakat berkelas sosial rendah yang
dibelenggu lehernya. Alias dikontrol oleh tuannya. Tidak mandiri. Tidak bebas.
Tidak merdeka. Tidak bisa menentukan nasib hidup dan kehidupannya sendiri.
Dilihat dari kata kerjanya, roqobah
berasal dari roqoba. Yang berarti mengawasi, mengintai, dan menjaga.
Budak disebut roqobah, seakan-akan dia yang selalu diperhatikan,
diawasi, dikontrol, dan sekaligus dijaga oleh tuannya. Kalau dicermati secara
keseluruhan, Qur’an menyuruh kaum Mukmin supaya memperlakukan para roqobah
itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan sampai memerdekakannya. Kaum Mukmin atau
pemerintah bergotong royong untuk memerdekakannya.
Kata roqobah atau bentuk
pluralnya, riqoob yang berarti budak atau hamba sahaya, disebut dalam
QS.9:60, QS.5:98, QS.4:92, QS.58:3, QS.90:13, dan QS.2:177 sebagai berikut.
QS. Al-Taubah[9]: 60
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ
لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ
قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ
السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
SESUNGGUHNYA ZAKAT-ZAKAT ITU,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu'allaf yang dibujuk hatinya, UNTUK (MEMERDEKAKAN) BUDAK, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan. Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.
QS. Al-Maidah[5]: 89
لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ
بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَٰكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ
الْأَيْمَانَ ۖ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ
مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ
تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ
فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ ۚ ذَٰلِكَ كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا حَلَفْتُمْ ۚ وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah tidak menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah). Tetapi Dia
menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka KAFARAT (DENDA MELANGGAR)
SUMPAH ITU, ialah memberi makan sepuluh orang miskin. Yaitu dari makanan yang
biasa kamu berikan kepada keluargamu. Atau memberi pakaian kepada merek. Atau MEMERDEKAKAN
SEORANG BUDAK. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya
puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).
QS. Al-Nisa’[4]: 92
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ
أَنْ يَقْتُلَ مُؤْمِنًا إِلَّا خَطَأً ۚ وَمَنْ قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَأً فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ وَدِيَةٌ
مُسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ إِلَّا أَنْ يَصَّدَّقُوا ۚ فَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَكُمْ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ ۖ وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ
وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَىٰ أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ
مُؤْمِنَةٍ ۖ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ
مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Dan tidak layak bagi seorang mukmin
membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah, MAKA IA HARUS MEMERDEKAKAN SEORANG
HAMBA SAHAYA yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu). Kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
merelakannya. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang
diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si
pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada
Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
QS. Al-Mujadilah[58]: 3
وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ
مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ۚ ذَٰلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Orang-orang yang menzhihar isteri
mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, MAKA
(WAJIB ATASNYA) MEMERDEKAKAN SEORANG BUDAK sebelum kedua suami isteri itu
bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
QS. Al-Balad[90]: 13
فَكُّ رَقَبَةٍ
(Yaitu) MELEPASKAN BUDAK dari
perbudakan.
QS. Al-Baqarah[2]: 177
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ
تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ
وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi SESUNGGUHNYA KEBAJIKAN
ITU IALAH beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang
yang meminta-minta; Dan (MEMERDEKAKAN) HAMBA SAHAYA, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji; Dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa.
Jadi Qur’an menilai memerdekakan
budak atau melepas budak dari perbudakan, itu memang sebagai perbuatan yang
baik, keren, dan prestise. Inilah cara halus Qur’an menghapus dan melenyapkan
perbudakan di muka bumi. Seakan-akan Qur’an mau orang berbuat baik kepada
budak, sampai membebaskan budak, itu muncul dari kesadaran dirinya sendiri.
Meski dirasa tampak merugikan secara ekonomi dan sosial. Berat memang,
melepaskan budak itu. Qur’an mengakui itu. Malah disebut sebagai jalan mendaki.
Tapi sekali lagi, Qur’an memuji orang yang berani dan mampu melakukan pendakian
tersebut. Memasukkannya ke dalam golongan kanan!
QS. Al-Balad[90]: 12 – 18
وَمَا أَدْرَاكَ مَا
الْعَقَبَةُ
12. Tahukah engkau apakah JALAN
YANG MENDAKI lagi sukar itu?
فَكُّ رَقَبَةٍ
13. (Yaitu) MELEPASKAN BUDAK dari
perbudakan.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ
ذِي مَسْغَبَةٍ
14. Atau memberi makan pada hari
kelaparan.
يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ
15. (Kepada) anak yatim yang ada
hubungan kerabat.
أَوْ مِسْكِينًا ذَا
مَتْرَبَةٍ
16. Atau kepada orang miskin yang
sangat fakir.
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِينَ
آمَنُوا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِ
17. (Orang seperti itu) termasuk
orang-orang yang beriman, saling berpesan untuk bersabar, dan saling berpesan
untuk berkasih sayang.
أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ
الْمَيْمَنَةِ
18. Mereka adalah GOLONGAN KANAN.
Begitu dulu. Semoga bermanfaat.
Bersambung, insya Allah…
Walloohu a’lam bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar