RABO WEKASAN
—Saiful Islam—
“Mau tanya. Bagaimana
tentang Rebo Wekasan? Maaf keluar dari topik yang sedang dibahas…”
Jadi begini. Rebo
Wekasan itu ada sisi tradisinya. Ada sisi syari’ah dan akidahnya. Pegang rumus
ini dulu: Semua tradisi dan budaya, itu ASALNYA boleh-boleh saja. Sampai ada
dalil kuat yang mengharamkan. Tapi kalau akidah (keyakinan gaib metafisik) dan
syari’ah, itu ASALNYA tidak boleh (haram) dilakukan. Sampai ada dalil kuat yang
menyuruh. Dalil kuat, maksud saya, pertama adalah Qur’an. Kedua, adalah Hadis
Nabi yang sahih.
Jadi, semua
tradisi dan budaya, yang penting tidak bertentangan dengan Qur’an dan Hadis
yang sahih, itu boleh-boleh saja. Pokoknya yang baik-baik itu boleh semua. Malah
sebaiknya berinovasi. Secara tradisi dan budaya, kita yang hidup di Indonesia
ini memang tidak harus menjadi Arab. Hadis-hadis Nabi, itu ada yang bermuatan
syari’at, Hadis tasyri’iyyah namanya. Kapasitas Nabi sebagai Rasulullah. Ini
yang mesti kita tiru. Tapi ada juga Hadis-Hadis yang tidak bermuatan syariat.
Hadis ghayr tasyri’iyyah namanya. Kapasitas Nabi sebagai manusia biasa. Yang ini,
Umat Islam tidak wajib menirunya. Alias boleh meniru, boleh tidak.
Yang perlu
diwaspadai, justru keyakinan dan ritual. Ini harus benar-benar menggunakan
rujukan yang kokoh dari Qur’an dan Hadis. Pendapat ulama yang kokoh, itu pasti
merujuk pada Qur’an dan Hadis yang sahih. Terutama rujukannya kepada Qur’an.
Sebab tidak mungkin Nabi Muhammad SAW mengetahui hal-hal gaib metafisik,
KECUALI diberi informasinya oleh Allah dalam Qur’an.
Nah, Rabo
Wekasan ini banyak yang dicampuradukkan di masyarakat. Misalnya dikatakan bahwa
setiap tahunnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 320 ribu
macam balak (bencana) dalam satu malam. Terus, agar terhindar dari balak itu,
disarankan agar umat Islam melakukan salat dan doa bersama.
Saalatnya
tidak seperti salat lima waktu. Tapi salat khusus. Yaitu melakukan salat empat
rakaat. Membaca Surat al-Fatihah dan Surat al-Kautsar 17 kali, al-Ikhlas 5
kali, al-Ikhlas dan al-Nas 1 kali, dalam setiap rakaatnya. Setelah salam,
dilanjutkan dengan membaca doa khusus yang dibaca sebanyak 3 kali. Waku untuk
melakukannya adalah pagi hari, atau waktu dhuha. Ada juga yang tadi malam habis
maghrib.
Nah, tentang “Setiap
tahunnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 320 ribu macam
balak (bencana) dalam satu malam.” Malah ada yang menyebutkan, “Ini adalah hari
datangnya 320 ribu penyakit dan marabahayanya 20 ribu bencana.” Ini adalah
masalah akidah. Soal gaib metafisik. Harus ada rujukannya di Qur’an. Ternyata?
Tidak ada informasinya di Qur’an! Maka, kita simpulkan bahwa itu hanya hayalan
belaka. Kisahnya sohibul dongeng belaka. Kita mesti yakin seyakin-yakinnya
bahwa itu tidak benar. Cuma fiksi.
Begitu juga
salat Rebo Wekasan atau salat hajat untuk menolak balak. Ini sama sekali tidak
pernah dicontohkan Nabi.
Maka, kita
harus kembali ke rumus. Keyakinan dan ritual syariat apa pun yang tidak ada
dalilnya yang kokoh, itu HARAM dilakukan. Marduud laa tuqbal.
Adapun sedekah
atau memberi, apa pun bentuknya (memberi nasi kotak, lontong sayur, ketupat, gado-gado,
rujak cingur, penyetan, terang bulan, martabak, nasi goreng, sate kambing, sate
kelinci, tahu tek, lontong kupang, ayam bakar, sea food, asem-asem bandeng, sambel
pette, urap-urap, es jus, es dawet, susu anget, mujaer, welut, hehehe, sampai
uang, atau apapun) itu sangat baik. Bagus. Kalau perlu yang sering-sering. Terutama
untuk yang fakir miskin, atau para santri dan mahasiswa yang membiayai sendiri.
Pas banget jihadnya terutama orang-orang yang kuat ekonominya.
Begitu. Semoga
bermanfaat.
Walloohu a’lam
bishshowaab. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar