Selasa, 22 Oktober 2019


RABO WEKASAN
—Saiful Islam—

“Mau tanya. Bagaimana tentang Rebo Wekasan? Maaf keluar dari topik yang sedang dibahas…”

Jadi begini. Rebo Wekasan itu ada sisi tradisinya. Ada sisi syari’ah dan akidahnya. Pegang rumus ini dulu: Semua tradisi dan budaya, itu ASALNYA boleh-boleh saja. Sampai ada dalil kuat yang mengharamkan. Tapi kalau akidah (keyakinan gaib metafisik) dan syari’ah, itu ASALNYA tidak boleh (haram) dilakukan. Sampai ada dalil kuat yang menyuruh. Dalil kuat, maksud saya, pertama adalah Qur’an. Kedua, adalah Hadis Nabi yang sahih.

Jadi, semua tradisi dan budaya, yang penting tidak bertentangan dengan Qur’an dan Hadis yang sahih, itu boleh-boleh saja. Pokoknya yang baik-baik itu boleh semua. Malah sebaiknya berinovasi. Secara tradisi dan budaya, kita yang hidup di Indonesia ini memang tidak harus menjadi Arab. Hadis-hadis Nabi, itu ada yang bermuatan syari’at, Hadis tasyri’iyyah namanya. Kapasitas Nabi sebagai Rasulullah. Ini yang mesti kita tiru. Tapi ada juga Hadis-Hadis yang tidak bermuatan syariat. Hadis ghayr tasyri’iyyah namanya. Kapasitas Nabi sebagai manusia biasa. Yang ini, Umat Islam tidak wajib menirunya. Alias boleh meniru, boleh tidak.

Yang perlu diwaspadai, justru keyakinan dan ritual. Ini harus benar-benar menggunakan rujukan yang kokoh dari Qur’an dan Hadis. Pendapat ulama yang kokoh, itu pasti merujuk pada Qur’an dan Hadis yang sahih. Terutama rujukannya kepada Qur’an. Sebab tidak mungkin Nabi Muhammad SAW mengetahui hal-hal gaib metafisik, KECUALI diberi informasinya oleh Allah dalam Qur’an.

Nah, Rabo Wekasan ini banyak yang dicampuradukkan di masyarakat. Misalnya dikatakan bahwa setiap tahunnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 320 ribu macam balak (bencana) dalam satu malam. Terus, agar terhindar dari balak itu, disarankan agar umat Islam melakukan salat dan doa bersama.

Saalatnya tidak seperti salat lima waktu. Tapi salat khusus. Yaitu melakukan salat empat rakaat. Membaca Surat al-Fatihah dan Surat al-Kautsar 17 kali, al-Ikhlas 5 kali, al-Ikhlas dan al-Nas 1 kali, dalam setiap rakaatnya. Setelah salam, dilanjutkan dengan membaca doa khusus yang dibaca sebanyak 3 kali. Waku untuk melakukannya adalah pagi hari, atau waktu dhuha. Ada juga yang tadi malam habis maghrib.

Nah, tentang “Setiap tahunnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar, Allah menurunkan 320 ribu macam balak (bencana) dalam satu malam.” Malah ada yang menyebutkan, “Ini adalah hari datangnya 320 ribu penyakit dan marabahayanya 20 ribu bencana.” Ini adalah masalah akidah. Soal gaib metafisik. Harus ada rujukannya di Qur’an. Ternyata? Tidak ada informasinya di Qur’an! Maka, kita simpulkan bahwa itu hanya hayalan belaka. Kisahnya sohibul dongeng belaka. Kita mesti yakin seyakin-yakinnya bahwa itu tidak benar. Cuma fiksi.

Begitu juga salat Rebo Wekasan atau salat hajat untuk menolak balak. Ini sama sekali tidak pernah dicontohkan Nabi.

Maka, kita harus kembali ke rumus. Keyakinan dan ritual syariat apa pun yang tidak ada dalilnya yang kokoh, itu HARAM dilakukan. Marduud laa tuqbal.

Adapun sedekah atau memberi, apa pun bentuknya (memberi nasi kotak, lontong sayur, ketupat, gado-gado, rujak cingur, penyetan, terang bulan, martabak, nasi goreng, sate kambing, sate kelinci, tahu tek, lontong kupang, ayam bakar, sea food, asem-asem bandeng, sambel pette, urap-urap, es jus, es dawet, susu anget, mujaer, welut, hehehe, sampai uang, atau apapun) itu sangat baik. Bagus. Kalau perlu yang sering-sering. Terutama untuk yang fakir miskin, atau para santri dan mahasiswa yang membiayai sendiri. Pas banget jihadnya terutama orang-orang yang kuat ekonominya.

Begitu. Semoga bermanfaat.

Walloohu a’lam bishshowaab. Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AHMAD SAIFUL ISLAM

Ahmad Saiful Islam Sarjana Tafsir Hadis UINSA Surabaya Lahir di Banyuwangi,  3 Mei 1987 Islamic Journalism Community  (IJC) Surabaya (2010)...